Bisnis.com, SURABAYA- PT Bank Negara Indonesia Tbk memprediksi sampai akhir tahun mampu meraih pendapatan dari bisnis internasional Rp1,04 triliun.
Head of International Banking BNI Abdullah Firman Wibowo menguraikan proyeksi pendapatan sampai akhir tahun itu berasal dari empat layanan. Fasilitasi penjaminan seperti bank guarantee dan sejenisnya menyumbang pendapatan Rp120 miliar.
Selain itu, sambungnya, layanan pembayaran yang di antaranya remitansi bisa mencapai Rp220 miliar. Sedangkan untuk pembiayaan ekspor-impor Rp450 miliar dan dari operasional cabang luar negeri Rp250 miliar.
"Bisnis internasional ini sangat menjanjikan, jadi siapa bilang ada pelemahan. Nyatanya kami bisa menggali potensi baru," jelasnya seusai pengenalan berbagai layanan BNI untuk pebisnis di Surabaya, Kamis (14/11/2013).
Dia menggambarkan guna mendorong bisnis remitansi, perseroan bekerja sama dengan Visa dan Master Card untuk membidik warga negara Indonesia di luar negeri. Kerja sama sedang proses perizinan dan ditargetkan operasional pada 2014.
Saat efektif nanti, sambungnya, nasabah dikenakan biaya 3% untuk setiap transaksi ke Indonesia. Nilai itu lebih kecil dari biaya pengiriman uang yang saat ini lazimnya 10%.
"Kirim dari Eropa atau Amerika ke Indonesia sekarang 10%, nanti hanya 3%," jelasnya sembari menambahkan, layanan itu bisa menyasar 8 juta diaspora asal Indonesia di luar negeri.
Firman menguraikan lini berpotensi pendapatan tinggi lainnya yakni pembiayaan ekspor dan impor. Setidaknya itu tercermin dari peningkatan pendapatan sektor ini pada Januari-September 2013 sebesar Rp365,2 miliar naik 24,6% dari periode sama sebelumnya Rp293,1 miliar.
Dari sisi volume, sembilan bulan pertama 2013 nilai pembiayaan US$19,5 miliar naik 18,5% dari periode sama sebelumnya US$16,5 miliar. Nilai realisasi itu 83% dari target hingga akhir tahun.
Menurutnya, kerja sama antarnegara yang berkaitan secara bisnis juga tidak kalah menjanjikan. Sebagai ilustrasi, di Indonesia ada 1.200 perusahaan asal Jepang yang beroperasi. Mereka biasa menggunakan layanan bank asal negaranya.
Meski demikian, kata Firman, perusahaan penanaman modal asing tetap memerlukan transaksi dalam mata uang rupiah. Pembayaran gaji, kredit hingga pembiayaan rupiah lainnya.
"Kami sudah kerja sama dengan 52 bank regional Jepang untuk melayani transaksi tak kurang 500 perusahaan Jepang di Indonesia," urainya.
Firman menilai potensi dana dari setiap perusahaan bisa mencapai US$20 juta.
Menggarap ceruk yang sama, lanjut dia, BNI masuk ke Myanmar dan Jeddah. Rencana ke negara Asia sudah terealisasi melalui penempatan perwakilan di kantor representatif BUMN di Myanmar.
Adapun rencana masuk ke Jeddah sedang menunggu persetujuan dari kerajaan setempat. Bila implementasinya lancar maka dana penunjang haji, mahasiswa dan pekerja di Timur Tengah bisa terlayani dari Jeddah.
"Banyak potensinya, karenanya kami yakin bisa tumbuh di kisaran 20% secara bisnis," tegasnya sembari menambahkan, sumbangan bisnis internasional dibanding total pendapatan perseroan mencapai 20%.
Direktur Business Banking BNI Krishna R. Suparto menilai layanan bisnis internasional terus membesar karena potensinya besar. Relokasi industri dari Jepang ke Indonesia, investasi asing, transaksi valas dsb memperbesar potensi lini ini.
"Kami sudah siap dengan layanan guna menjawab kebutuhan itu," tegasnya.