Bisnis.com, JAKARTA—PT BNI Multifinance menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan Rp1,2 triliun sepanjang 2017.
Direktur Utama PT BNI Multifinance (BNI Multifinance) Suwaluyo mengatakan target pembiayaan sebesar Rp1,2 triliun itu dirpoyeksikan tumbuh sekitar tiga kali lipat jika dibandingkan pembiayaan perusahaan pada tahun lalu yang mencapai Rp389 miliar.
Dia mengungkapkan, untuk mencapai target pertumbuhan, pihaknya akan berkoordinasi dengan induk usaha yaitu PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. untuk menggaet nasabah-nasabah BNI.
"Selain itu, kami juga tetap melakukan pendekatan dengan institusi-institusi baik yang milik pemerintah maupun yang swasta untuk menawarkan kerjasama program pembiayaan kepada para karyawannya," kata Suwaluyo, Selasa (21/2/2017).
Dengan diterapkannya strategi tersebut, pihaknya mengaku optimistis target pertumbuhan pembiayaan sepanjang tahun ini bisa tercapai.
Direktur BNI Multifinance Rana Ranadi mengatakan untuk memacu pembiayaan di tahun ini, pihaknya juga akan menggenjot porsi pembiayaan konsumen (consumer financing). Pada tahun lalu, segmen tersebut baru berkontribusi sebesar 25% dari total pembiayaan yang disalurkan, sedangkan kontribusi pembiayaan terbesar masih berasal dari segmen komersial dengan tujuan pembiayaan produktif yang mencapai 75%.
“Tahun lalu kami banyak salurkan pembiayaan untuk penunjang kegiatan perkebunan, pembangunan infrastruktur, dan kegiatan-kegiatan produktif lainnya. Tahun ini, consumer financing diharapkan bisa meningkat menjadi sekitar 45%,” ujarnya.
Lebih lanjut, Rana mengungkapkan pada tahun ini pihaknya menargetkan bisa meraup laba sebesar Rp26 miliar. Menurutnya, target itu meningkat signifikan jika dibandingkan perolehan laba tahun 2016 yang mencapai Rp8,1 miliar.
Berdasarkan penjelasannya, pada tahun lalu perusahaan dapat membukukan laba, setelah tahun sebelumnya mengalami kerugian. Perusahaan bisa membukukan kembali laba pada 2016 setelah melakukan pembenahan manajemen, dan meningkatkan kualitas kredit.
Selain mencatatkan rugi pada 2015, saat itu rasio kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) perusahaan juga sempat menyentuh angka 10%. Akan tetapi, dengan adanya perubahan direksi dan manajemen, rasio NPF hingga akhir 2016 berhasil ditekan menjadi kisaran 0,26%.
Dari sisi aset, dia menyebutkan pada tahun lalu total aset perusahaan mencapai Rp517 miliar. Pada tahun ini, total aset perusahaan ditargetkan bisa meningkat menjadi Rp1,3 triliun. Sementara itu, pada tahun lalu BNI selaku induk usaha telah menyuntikkan modal sebesar Rp203 miliar kepada anak usahanya tersebut.