Bisnis.com, JAKARTA—Bank Indonesia (BI) menilai perlambatan kredit pada semester I/2014 menjadi pertimbangan industri perbankan untuk menahan penaikan suku bunga kredit.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung mengungkapkan penyesuaian suku bunga deposito dan bunga kredit sudah cukup mengingat kondisi likuiditas semakin membaik.
"Permintaan kredit juga masih lemah sehingga tak ada alasan untuk menaikkan bunga kredit," ungkapnya, Selasa (1/7/2014).
Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk Jahja Setiaatmadja memprediksikan bahwa bunga kredit industri perbankan tidak akan naik lagi memasuki kuartal III/2014. Namun hal tersebut masih akan bergantung dengan keputusan suku bunga acuan BI (BI Rate).
Secara teori, ketika bunga dana bergerak naik, maka hal itu akan mengkerek suku penaikan bunga kredit, guna menjaga rentang rasio margin bunga bersih bank agar tidak tergerus. Jahja menilai bunga kredit masih belum akan naik untuk menjaga likuiditas agar kalangan perbankan tidak memperebutkan dana pihak ketiga.
Sementara itu, BI mencatatkan penaikan suku bunga kredit hingga 3 basis poin (bps) pada April 2014 menjadi 12,59%. Ketatnya likuiditas dan naiknya bunga kredit pun berimbas pada melambatnya permintaan domestik. Perlambatan kredit utamanya disumbang oleh kredit modal kerja (KMK), yang memiliki pangsa hingga 48% dari total kredit, menjadi 15,5% year on year.
Selain itu, pertumbuhan kredit konsumsi juga tercatat menurun menjadi 11,9% year on year dari posisi 13% pada periode yang sama tahun sebelumnya.