Bisnis.com, BANDUNG—Nilai keekonomian asuransi mikro di Kota Bandung dinilai masih belum efisien bagi perusahaan asuransi umum karena masih minimnya serapan asuransi yang diperuntukkan bagi segmen kelas bawah tersebut.
Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kota Bandung Syahrial mengakui penetrasi asuransi mikro di Kota Kembang terbilang sangat lambat, terlebih animo masyarakat tidak terlalu besar.
“Beberapa waktu lalu beberapa produk [asuransi mikro] sempat dikeluarkan [ke pasar], tetapi untuk perkembangannya masih sangat lambat karena memang produk ini belum gencar tersosialisasikan,” katanya seperti dikutip Bisnis, Jumat (20/2/2015).
Dia mengatakan pelaku industri asuransi umum di Kota Bandung menghadapi kendala pemasaran serta nilai premi dari asuransi mikro tergolong kecil. “Kita [asuransi umum di Bandung] untuk mengejar target tidak bisa besar.”
Di samping itu, menurut dia, butuh biaya yang cukup besar untuk menggenjot produk ini agar bisa menyasar segmen pasarnya. Apalagi berdasarkan ketentuan regulator, maksimal premi asuransi mikro yakni Rp50.000, dengan besaran klaim maksimal Rp50 juta.
“Jika melihat angkanya belum terlalu signifikan dan masih butuh biaya yang besar untuk itu, selain itu masyarakat belum familiar dengan produk ini,” ujarnya.
