Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi BRI Indonesia atau BRI Insurance menargetkan premi bruto sebesar Rp4,5 triliun pada 2025. Pada akhir 2024, anak usaha PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) ini membukukan premi bruto sebesar Rp3,9 triliun.
Sementara sampai kuartal I/2025, premi bruto yang didapat BRI Insurance sudah mencapai Rp1,145 triliun. Sementara dari sisi profit, laba setelah pajak BRI Insurance pada periode ini tercatat sebesar Rp181 miliar. Pada akhir 2024, BRI Insurance menutup tahun dengan torehan laba setelah pajak sebesar Rp702 miliar, melesat sekitar 45% (year on year/YoY).
Direktur Teknik PT BRI Insurance Ade Zulfikar mengatakan arah bisnis perseroan ke depan akan terus berfokus pada segmen bisnis mikro dan ritel.
"Sementara banyak perusahaan asuransi yang jumlahnya lebih dari 70% lebih mengincar pangsa korporasi, melalui broker, juga swasta-swasta yang memang korporasi sifatnya. Kami enggak. Kami memang lebih menyasar pada market ritel dan mikro," kata Ade kepada Bisnis, Kamis (18/4/2025).
Menurut Ade, segmentasi pasar ritel dan mikro adalah ceruk pasar yang memberikan leverage atau tingkat keuntungan yang bagus dibandingkan apabila perusahaan asuransi hanya terkonsentrasi penuh di bisnis korporasi yang hasil underwriting-nya rata-rata tidak sebesar yang diharapkan.
"Kalau di broker itu kan margin kita tipis juga. Kenapa, karena biaya akuisisinya tinggi, claim ratio-nya juga relatif tinggi, biaya reasuransinya tinggi, biaya marketing-nya juga tinggi. Jadi kami memang menyusun pola kebijakan untuk menyeimbangkan antara bisnis ritel dan mikro dengan bisnis korporasi," ujarnya.
Baca Juga
Saat ini portofolio BRI Insurance hanya 30% yang menyasar korporasi, sementara 70% adalah sektor mikro dan ritel.
Selain memperkuat sektor ritel dan mikro, strategi BRI Insurance untuk meningkatkan kinerja keuangan adalah meningkatkan performa layanan. BRI Insurance, kata Ade, tidak ingin berkompetisi melawan harga. Perusahaannya akan lebih fokus pada kompetisi layanan.
"Kalau sekarang ini kami masih melihat rata-rata itu masih berkompetisi di harga. Kami mencoba di tahun ini memasukkan unsur lain, yaitu memasukkan unsur service excellence, layanan yang terbaik buat klien kami, terutama di klaim. Di klaim ini kami coba konsentrasikan supaya kami bisa menyelesaikan klaim kita secara lebih baik dan lebih cepat," ujarnya.
Ade menambahkan, pertumbuhan yang berkelanjutan bagi industri asuransi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah besarnya serapan kredit dari bank, di mana ini akan beririsan langsung dengan lini usaha asuransi kredit BRI Insurance.
Sepanjang bahwa pertumbuhan ekonomi tumbuh, ujarnya, BRI Insurance cukup optimistis akan tumbuh.
"Cuma tetap kita akan lagi melihat sekarang ini, lagi melihat dampak dari beberapa kebijakan. Baik kebijakan di internal di Indonesia dengan pemerintahan yang sekarang, ada beberapa program efisiensi, program pemerintahan yang lain, kementerian dan sebagainya itu tentu kita akan lihat. Demikian juga di global, dengan krisis yang sekarang terjadi, kebijakan Donald Trump dan sebagainya, itu juga kita perlu antisipasi juga," pungkasnya.