Bisnis.com, JAKARTA-- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai kisaran 5,0%-5,3% dari 5,0% pada 2014, di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Perekonomian dunia pada 2015 diperkirakan mengalami ketidakpastian yang dipicu oleh perlambatan ekonomi China, melemahnya harga komoditas di pasar internasional, dan rencana kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).
Perlambatan ekonomi China serta turunnya harga komoditas di pasar internasional berpotensi menekan kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini. Sementara, rencana kenaikan suku bunga acuan di AS seiring dengan pemulihan ekonomi AS juga berpotensi memicu ketatnya kondisi likuiditas yang pada akhirnya dapat menekan pertumbuhan investasi di negara berkembang termasuk Indonesia.
Namun demikian, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi didasarkan pada kebijakan ekonomi pemerintahan baru dalam memperlebar ruang fiskal sehingga mampu memberikan stimulus yang nyata bagi pembangunan sektor riil seperti penguatan sektor hulu serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk mendukung hilirisasi industri.
Berkenaan dengan hal tersebut, Josua Pardede - Chief Economist, Global Market PermataBank dalam Media gathering “Global Market Updated” di Jakarta memaparkan, “Perbaikan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 didorong oleh sisi pengeluaran investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih baik.
"Peningkatan investasi khususnya didorong oleh belanja pemerintah untuk kegiatan pembangunan infrastruktur. Di samping itu, membaiknya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh ekspektasi turunnya laju inflasi seiring turunnya harga BBM dan harga-harga yang diatur pemerintah," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com, Rabu (22/4/2015).
“Pertumbuhan ekonomi 1Q15 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan dengan 4Q14. Investasi masih melambat karena investor masih wait and see, atas janji-janji Presiden Joko Widodo, dan kestabilan hukum dan politik,dari sisi ekonomi masih cukup stabil," papar Josua.
Dia menjelaskan realisasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu juga cukup baik untuk meningkatkan investasi. Konsumsi masyarakat cenderung masih stabil, apalagi harga bahan bakar minyak sudah mulai turun. Dari sisi ekspor juga belum ada peningkatan signifikan, apalagi harga minyak dunia dan komoditas masih melambat. Dari sisi belanja pemerintah pada 1Q15 belum ada perubahan signifikan.
Alasannya, penyerapan anggaran baru akan dilakukan pada semester II tahun ini. Dengan kebijakan presiden yang menetapkan lelang barang dan jasa paling lambat Maret, maka realisasi belanja paling cepat baru mulai pada semester II”, jelas Josua.
Lebih lanjut Josua menegaskan, "Meski pertumbuhan ekonomi pada 1Q15 diprediksi melambat, namun pertumbuhan sepanjang 2015 di perkirakan di kisaran 5,0%-5,3%. Pasalnya, belanja pemerintah tahun ini cukup besar meski semua nya sangat tergantung pada realisasi penyerapannya. Investasi juga cenderung meningkat apalagi jika janji kampanye Presiden Joko Widodo direalisasikan dan kestabilan politik serta hukum dapat ditegakkan.
Sementara dari sisi produksi, sektor tersier seperti industri jasa-jasa, transportasi dan pergudangan, telekomunikasi, dan jasa keuangan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Sementara, sektor manufaktur yang berkontribusi sekitar 20% dari perekonomian Indonesia, diperkirakan masih akan tumbuh stagnan pada tahun ini.
GLOBAL MARKET UPDATED: Begini Prospek Ekonomi Indonesia Versi Ekonom Bank Permata
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai kisaran 5,0%-5,3% dari 5,0% pada 2014, di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Fahmi Achmad
Editor : Fahmi Achmad
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Bank BJB (BJBR) Bicara Dividen dan Strategi Anorganik
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 jam yang lalu
Bank BJB (BJBR) Bicara Dividen dan Strategi Anorganik
6 jam yang lalu