Bisnis.com, MEDAN—PT Bank Sumut agresif mengejar target pemisahan Unit Usaha Syariah (UUS) menjadi anak usaha (spin off) pada 2018.
Kendati demikian, target ini masih memiliki tantangan, terutama permodalan.
Direktur Utama Bank Sumut Edie Rizliyanto menjelaskan, untuk spin off, berdasarkan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada insentif khusus, yakni pemangkasan modal awal dari Rp1 triliun menjadi Rp500 miliar.
Pun, apabila, spin off dilakukan untuk menjadi anak usaha penuh Bank Sumut, paling tidak penyertaan modal 20% dari modal bank induk. Oleh karena itu, perseroan harus memiliki modal inti Rp2,5 triliun.
“Saat ini modal Bank Sumut sekitar Rp2,7 triliun, sudah termasuk Rp270 miliar untuk modal spin off. Jadi kami butuh paling tidak modal menjadi Rp3 triliun pada 2018. Kami punya beberapa opsi untuk mencapai target tersebut, dan sudah diskusi dengan OJK dan pemegang saham,” papar Edie seusai rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS-LB), Rabu (25/1).
Lebih lanjut, dia merinci beberapa opsi tersebut yakni permintaan penyertaan modal ke pemegang saham yakni pemerintah provinsi dan pemkab/pemko, membuka kesempatan penyertaan modal ke institusi atau pemegang saham lain yang berminat, serta melakukan IPO (initial public offering).
Edie menuturkan, akan terlebih dahulu meminta komitmen penyertaan modal dari pemegang saham atau pemda. Pasalnya, jika penyertaan modal datang dari pihak lain, Bank Sumut Syariah tidak akan sepenuhnya menjadi milik Bank Sumut.
“Kami akan kembali hitung-hitung kekuatan pada 2018. Sebenarnya tinggal sedikit lagi kan. Kami akan roadshow ke kepala daerah. Banyak dari mereka yang support kegiatan syariah kok,” tambah Edie.
Selain permodalan, dia mengakui masih banyak persiapan yang harus dilakukan, seperti sumber daya manusia, dan strukturnya. Adapun, pada kesempatan yang sama, Bank Sumut melalui RUPS LB telah menetapkan T. Mahmud Jeffry sebagai Direktur Syariah dan Bisnis.
Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi sebagai pemegang saham pengendali perseroan berharap kehadiran Mahmud Jeffry mampu mendongkrak kinerja UUS Bank Sumut pada tahun ini. Pasalnya, jabatan ini sudah kosong sejak Maret 2015. Jabatan ini dulu diemban oleh Edie, sebelum terpilih menjadi Dirut Bank Sumut.
“Semua pemegang saham sepakat Pak Jeffry sebagai direktur yang baru. Ini pertanda baik, mudah-mudahan. Baru pada 23 Desember 2016, OJK menyatakan lulus fit and proper test.”
Kinerja Membaik
Edie mengemukakan, kinerja UUS Bank Sumut selama 3 tahun terakhir terus membaik, baik dari sisi jumlah aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan NPF (non performing financing).
Berdasarkan catatan perseroan, per Desember 2016, DPK mencapai 119,9% atau Rp1,79 triliun dari target Rp1,5 triliun. Begitu pula dengan pembiayaan, realisasinya 100,37% atau Rp1,96 triliun dari target Rp1,95 triliun.
Sementara itu, laba juga membaik mencapai Rp16,07 miliar dibandingkan dengan rugi pada 2015 yakni Rp14,08 miliar. Kendati demikian pencapaian tersebut masih jauh di bawah target laba UUS pada 2016 Rp53,93 miliar. Adapun, aset mencapai 109,85% atau Rp2,35 triliun dari target Rp2,13 triliun.
“Pada tahun ini kami akan menyasar pembiayaan produktif, terutama di sektor pendidikan, karena kami juga memiliki produk khusus. Selain itu, ada juga pembiayaan untuk kesehatan, pertanian dan perkebunan,” pungkas Edie.