Bisnis.com, JAKARTA - Realisasi pembiayaan PT Clipan Finance Indonesia Tbk. sepanjang 2016 mencapai Rp3,3 triliun, di bawah target awal mencapai Rp4,5 triliun.
Direktur PT Clipan Finance Indonesia Tbk. (Clipan Finance) Jahja Anwar mengatakan realisasi pembiayaan pada tahun lalu di bawah target lantaran terhambat penyaluran pembiayaan pada lini sewa guna usaha dan factoring.
“Realisasi pembiayaan otomotif tahun lalu capaiannya sekitar 85% dari target, pembiayaan alat berat hanya 32%, dan factoring sekitar 50% dari target,” ungkapnya kepada Bisnis pada Rabu (1/2/2017).
Meski realisasi pembiayaan tahun lalu di bawah target, dia menyatakan pada tahun ini realisasi pembiayaan bisa mencapai Rp6 triliun atau tumbuh sekitar 33% jika dibandingkan dengan target pembiayaan tahun lalu.
Untuk mencapai target tersebut, perseroan berencana menambah 10 kantor cabang baru. Saat ini, perusahaan memiliki sedikitnya 45 kantor cabang yang tersebar di beberapa daerah.
Dia menuturkan untuk mencapai target pertumbuhan, pihaknya akan memperbesar porsi pembiayaan pada segmen kendaraan penumpang (passenger car).
Menurutnya, saat ini hampir semua pembiayaan untuk kendaraan dialihkan dan difokuskan kepada segmen passenger car.
Adapun, porsi pembiayaan kendaraan niaga (commercial car) pada tahun ini diperkirakan menurun. Pada tahun lalu, porsi pembiayaan kendaraan niaga menyusut menjadi hanya 3%. Padahal pada 2015 porsi pembiayaan kendaraan niaga masih 12%.
"Untuk pembiayaan mobil, kami masih akan fokus kepada kendaraan bekas, sedangkan pembiayaan mobil baru masih sebatas channeling dengan Bank Panin," ujarnya.
Di sisi lain, kinerja industri pembiayaan hingga akhir tahun ini tumbuh 6,6%. Ikhtisar data keuangan industri pembiayaan (multifinance) yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2016 menunjukkan piutang pembiayaan multifinance mencapai Rp387,57 triliun atau tumbuh 6,6% dibandingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu Rp363,27 triliun.
Dari total piutang pembiayaan Rp380,19 triliun, sekitar Rp356,13 triliun di antaranya merupakan pembiayaan konvensional, dan Rp31,36 triliun merupakan pembiayaan syariah.