Bisnis.com,JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk. menyatakan segera melakukan penyesuaian spesial rate Dana Pihak Ketiga (DPK) dan counter rate, seiring keputusan Rapat Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menaikkan suku bunga penjaminan mata uang rupiah sebesar 25 basis poin (bps) dan valas 50 bps.
"Kalau LPS sudah menaikkan, ya kami segera sesuaikan special rate DPK. Rate counter menunggu rapat ALCO," tutur Direktur Keuangan Bank BTN Iman Nugroho Soeko kepada Bisnis, Kamis (7/6/2018).
Menurutnya kepastian besaran penyesuaian tersebut baru bisa didapatkan dari hasil rapat tim ALCO (Asset Liability Committee) setelah lebaran.
Pihaknya juga sependapat dengan LPS kecenderungan likuiditas memiliki tendensi untuk semakin mengetat, oleh sebab itu dirinya harus segera melakukan penyesuaian.
Pasalnya apabila tidak segera direspon, maka dana justru berpeluang keluar. "[Kondisi likuiditas cenderung mengetat] Makanya kami harus segera merespon, kalau tidak dana bisa keluar," ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner LPS Halim Alamsyah menjelaskan secara umum kondisi likuiditas perbankan di Indonesia saat ini relatif terjaga dengan baik.
Namun demikian, pihaknya mengakui kondisi likuiditas perbankan ada kecenderungan lebih ketat, yang terlihat dari rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) perbankan yang mulai mengalami peningkatan.
"Kalau sisi likuiditas secara umum terjaga, walaupun ada tendensi meningkat. Ini tercermin dari LDR bank umum yang sedikit meningkat dari posisi 89,61% di Maret menjadi 89,86% di April," tuturnya disela Buka Bersama, Rabu (6/6).
Menurutnya hal itu terjadi lantaran adanya pertumbuhan kenaikan pada kredit perbankan yang lebih cepat dari pada raihan Dana Pihak Ketiga (DPK).
Pertumbuhan kredit perbankan tercatat 8,94% pada April 2018, naik dari Maret 2018 yang sebesar 8,54%. Sedangkan pertumbuhan DPK di periode yang sama naik menjadi 8,06% dari 7,66% pada Maret 2018.
Selain itu, juga disebabkan adanya arus dana asing yang keluar dari pasar saham sebesar Rp6,7 triliun serta Rp19,5 triliun dari surat berharga negara (SBN). Dan juga ditambah dengan kondisi volatilitas rupiah yang menyebabkan masyarakat menahan keinginannya untuk menyimpan uang dalam rupiah.
Namun demikian pihaknya berharap hal itu hanya berlangsung sementara. Pihaknya juga berharap adanya peningkatan aktivitas pengeluaran dari pemerintah pada semester kedua tahun ini juga diharapkan dapat menambah likuiditas perbankan.
Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menambahkan bahwa diantara perbankan BUKU I - Buku IV, yang paling ketat kondisi likuditasnya saat ini berada pada level BUKU III dibandingkan yang lainnya.
Menurutnya rasio LDR perbankan secara rata-rata berada di bawah 90%. Namun apabila dilihat dari masing-masing BUKU, bank BUKU III memiliki LDR paling tinggi mencapai 97,4%, untuk BUKU I tercatat 78,9%, BUKU II sebesar 78,7% dan BUKU IV sebesar 88,5%.
"Jadi keinginan untuk menggalang dana dari masyarakat maka akan lebih intensif dilakukan oleh bank BUKU III," tuturnya.