Bisnis.com, JAKARTA – Calon Wakil Presiden Sandiaga Salahuddin Uno menilai pengelolaan BUMN saat ini sangat mengkhawatirkan lantaran tidak memberi pendapatan signifikan bagi negara dan tidak mampu menyejahterakan rakyat Indonesia.
Hal itu, menurutnya, terjadi karena BUMN tidak dikelola dengan prinsip best practice, sebaliknya dikelola di bawah tekanan politik dan kekuasaan.
"Kalau Allah SWT menakdirkan kami berdua, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno, dipilih oleh rakyat Indonesia menjadi Presiden dan Wakil Presiden 2019-2014, kami akan membawa pengelolaan BUMN ke arah yang sebenarnya yakni mewujudkan sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia," kata Sandi dalam Diskusi Publik bertema "Selamatkan BUMN sebagai Benteng Ekonomi Nasional", Rabu (12/11/2018).
Turut tampil sebagai pembicara dalam diskusi ini yakni Sudirman Said, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2014-2016; Said Didu, Sekretaris Kementerian BUMN 2004-2012; dan Faisal Yusra, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Migas Indonesia (KSPMI).
Sandi mengemukakan eksistensi BUMN sudah mengkhawatirkan karena menanggung beban utang yang sangat besar jumlahnya, mencapai lebih dari Rp5.000-an triliun.
Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan ekonomi nasional, bayang-bayang perang dagang Amerika Serikat – China, serta tren harga komoditas yang kurang bagus, beban yang ditanggung BUMN itu sangat berat.
Dia menyebutkan ada banyak BUMN yang mendapat penugasan dari pemerintah selaku pemegang saham, yang akhirnya membuat kinerja keuangannya tidak maksimal. "Itu membuat tugas utamanya memberikan setoran sebanyak-banyaknya kepada negara tidak optimal. Rakyat pun tidak sejahtera".
Oleh karena itu, kata Sandi, berbekal amanah dan mandat dari rakyat Indonesia, Prabowo-Sandi akan meluruskan semua kekeliruan dalam pengelolaan BUMN saat ini.
"Hal penting yang akan kami perhatikan adalah mengembalikan peran BUMN sebagai alat negara untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia dan menjadi penopang bagi Indonesia sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia," tegasnya.