Bisnis.com, JAKARTA — Langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan kembali suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) disambut positif pelaku usaha perbankan.
Apresiasi salah satunya disampaikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, penurunan suku bunga acuan bagus untuk pasar dan diharap ada banyak relaksasi yang nantinya muncul akibat ini.
“BI Rate turun saya pikir bagus untuk market, karena kami melihatnya bahwa sebenarnya sekarang ini pricing-nya turun, tetapi menghadapi kenyataan bahwa LDR [loan to deposit ratio] masih di atas 90%. Dengan penurunan BI rate diharapkan ada relaksasi-relaksasi nanti,” ujar Sunarso di Kantor Pusat BRI, Jakarta, Kamis (24/10).
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, hingga kuartal III/2019 rasio LDR BRI naik 69 bps dibandingkan dengan tahun lalu. Rasio LDR perseroan saat ini tercatat 93,84%.
Secara industri, rasio LDR bank umum per Agustus 2019 mencapai 94,66%. Rasio ini naik secara tahunan.
Penurunan suku bunga acuan juga diprediksi bisa berdampak pada berkurangnya biaya dana (Cost of Fund) bank ke depannya. Menurut Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo, hingga akhir September 2019 rasio CoF bank pelat merah ini mengalami peningkatan karena masih terdampak peningkatan suku bunga acuan tahun lalu.
Rasio CoF BRI hingga kuartal III/2019 mencapai 3,63% atau naik 25 bps secara tahunan.
“Memang kalau dibandingkan tahun lalu itu 3,38%. Tapi sekali lagi, terhadap posisi Juni 2019 itu sudah ternormalisasi. Jadi Juni 2019 itu [CoF] 3,64%. Jadi bisa kami katakan impact dari kenaikan suku bunga yang terjadi di paruh kedua 2018 dampaknya masih panjang. Tapi Dampak ini berangsur pulih,” ujar Haru.
BRI yakin ke depannya beban dana akan terus berkurang karena dampak turunnya suku bunga acuan. Penurunan suku bunga acuan otomatis membuat bank menurunkan bunga deposito.
“Saya bisa katakan bahwa ini adalah turnaround dan mulai kuartal ini dan ke depan saya kira ternormalisasi,” tuturnya.