Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembangan SDM Asuransi Masih Mencari Bentuk, Pendidikan Formal Jadi Kunci

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menjelaskan bahwa saat ini pengembangan kapasitas SDM dilakukan oleh setiap perusahaan melalui program diklat. Selain itu, terdapat sejumlah program eksternal seperti kerja sama pelatihan dengan lembaga atau negara lain.
Karyawan berkomunikasi didekat logo beberapa perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Selasa (15/1/2020). Bisnis/Nurul Hidayat
Karyawan berkomunikasi didekat logo beberapa perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Selasa (15/1/2020). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Industri asuransi dinilai masih mencari bentuk sistem pendidikan bagi sumber daya manusia (SDM). Pengembangan kualitas pekerja secara informal dinilai masih lebih diandalkan ketimbang pendidikan formal, sehingga perlu menjadi perhatian.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu menjelaskan bahwa saat ini pengembangan kapasitas SDM dilakukan oleh setiap perusahaan melalui program diklat. Selain itu, terdapat sejumlah program eksternal seperti kerja sama pelatihan dengan lembaga atau negara lain.

Menurutnya, pendidikan informal melalui pelatihan di dalam negeri maupun luar negeri kerap diandalkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi karena dapat membawa ilmu yang lebih aplikatif bagi perusahaan. Sayangnya, hal tersebut kurang menonjol dalam pelatihan formal di internal industri asuransi dalam negeri.

"Sejauh ini memang saya akui industri ini masih mencari bentuk pendidikan, kan kebanyakan ilmunya berasal dari luar negeri. Asuransi umum, jiwa, syariah, juga reasuransi, dari luar negeri semua pendidikannya, di dalam negeri sendiri belum ada acuan khusus," ujar Togar kepada Bisnis, Senin (10/8/2020).

Selain itu, Togar pun menilai bahwa industri asuransi kerap belum begitu dipahami oleh masyarakat luas, sehingga pelatihan-pelatihan dan pendidikan formal yang ada kerap tidak sesuai dengan kebutuhan industri. Hal tersebut di antaranya terjadi terhadap sarjana-sarjana muda yang hendak berkecimpung di industri asuransi.

Untuk itu, menurutnya, materi mengenai industri asuransi atau lembaga jasa keuangan perlu dimasukkan ke dalam kurikulum formal pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga universitas. Hal tersebut dapat memberikan manfaat dalam berbagai aspek.

Togar menilai bahwa adanya materi asuransi dalam kurikulum dapat menjembatani pemahaman calon tenaga kerja saat memasuki dunia asuransi. Selain itu, masyarakat luas pun dapat memahami konsep asuransi sehingga tingkat proteksi dan penetrasi asuransi dapat meningkat.

Pemahaman dua sisi itu menurutnya bukan hanya harus diintervensi pemerintah melalui penambahan materi asuransi ke dalam kurikulum pendidikan, tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan asuransi itu sendiri. Industri perlu meningkatkan pemahaman masyarakat atas proteksi.

"Ada juga tanggung jawab sosial atas pendidikan dari industri ini kepada masyarakat," ujarnya.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) 67/2016 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi, Asuransi Syariah, Reasuransi, dan Reasuransi Syariah mewajibkan perusahaan asuransi untuk menyelenggarakan program pengembangan kemampuan dan pengetahuan bagi pegawainya.

Aturan tersebut mengubah Keputusan Menteri Keuangan (KMK) 426/2003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, yang mengatur bahwa perusahaan wajib menganggarkan dana minimal 5% dari jumlah biaya karyawan untuk pendidikan SDM.

Menurut Togar, hal tersebut merupakan langkah yang baik karena dapat mendorong setiap perusahaan untuk mengembangkan kualitas karyawannya. Namun, isu standardisasi menjadi perhatian tersendiri sehingga perlu adanya pemahaman yang kuat terlebih dahulu terhadap industri asuransi.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper