Bisnis.com, JAKARTA - Setelah terdampak pandemi Covid-19 secara signifikan dan sempat merugi pada periode 2020, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) optimistis mampu mencatatkan perbaikan kinerja pada akhir 2021.
Sekadar informasi, perusahaan pembiayaan anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) ini sempat mencatatkan rugi bersih senilai Rp299,9 miliar pada akhir 2020, turun jauh dari laba bersih sepanjang 2019 yang mampu mencapai Rp445,36 miliar.
Penyebabnya, pendapatan operasional yang turun signifikan dari Rp3,44 triliun ke Rp2,51 triliun, padahal total beban sudah ditekan secara maksimal sehingga hanya stagnan di kisaran Rp2,8 triliun.
Direktur Sales & Distribusi MTF William Francis percaya bahwa periode ini pihaknya bakal mencetak laba bersih setelah pajak (NPAT) secara signifikan, dan optimisme terkait perbaikan kinerja laba-rugi pada periode 2021 ini terbilang sangat memungkinkan untuk diraih.
"Untuk NPAT di akhir tahun ini kami menargetkan di angka Rp225 miliar. Selain karena pendapatan sudah kembali, tahun ini kami banyak penghematan atau pengurangan dari sisi biaya kredit. Kinerja di kuartal IV/2021 ini kami harapkan menjadi pendongkrak paling signifikan," jelasnya kepada Bisnis, Minggu (21/11/2021).
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan MTF per September 2021, laba bersih setelah pajak telah mencapai Rp162,82 miliar berbanding rugi Rp54,01 miliar pada September 2020.
Baca Juga
Dari sisi total aset MTF di kuartal III/2021 ini, kondisinya memang masih turun tipis dari Rp18,62 triliun pada akhir 2020 ke Rp18,23 triliun. Capaian ini terbilang baik, karena komponen piutang pembiayaan konsumen bersih masih turun dari Rp13,8 triliun ke Rp12,58 triliun, tapi diimbangi oleh kenaikan piutang sewa pembiayaan bersih dari Rp3,48 triliun ke Rp4,16 triliun.
Sekadar informasi, MTF merupakan andalan debitur yang terhubung dengan ekosistem Grup Mandiri untuk mengajukan pembiayaan mobil baru, kredit atau sewa pembiaayan kendaraan operasional usaha (fleet), alat berat, dan dana tunai. Mobil baru menyumbang portofolio MTF sebesar 80 persen, sisanya menyumbang porsi di kisaran 10 persen.
"Lewat berbagai program dan periode promosi, MTF masih menargetkan pencairan sampai akhir Desember 2021 bisa menembus Rp20 triliun atau naik 23 persen [yoy]. Sampai akhir Oktober 2021 realisasinya sudah mencapai Rp16,3 triliun, jadi sangat memungkinkan," ungkapnya.
Sekadar informasi, MTF sebelumnya hanya menyalurkan pembiayaan baru Rp16,74 triliun sepanjang 2020 akibat dampak pandemi yang membuat permintaan kredit otomotif dan alat berat begitu lesu, sangat jauh dibandingkan kinerja sepanjang 2019 yang mampu menembus Rp28,78 triliun.
Adapun, beberapa strategi yang diusung MTF untuk mendongkrak pembiayaan mobil baru, antara produk Kredit Pintar yang merupakan skema pembiayaan dengan menjaminkan mobil lama sebagai tambahan biaya DP kendaraan baru yang diakomodasi kredit MTF.
MTF juga meluncurkan Kredit Milenial yang menawarkan kredit kendaraan penumpang dengan tenor 5 tahun untuk anak muda, namun mengakomodasi angsuran lebih ringan di 3 tahun pertama, kemudian 2 tahun berikutnya menyesuaikan dengan sisa kewajiban.