Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Minta Kredit Restrukturisasi Diperpanjang, Ini Jawaban OJK

OJK saat ini terus mengobservasi berbagai faktor antara potensi dan tantangan pemulihan ekonomi ke depan.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. OJK saat ini terus mengobservasi berbagai faktor antara potensi dan tantangan pemulihan ekonomi ke depan. Dok: Youtube Kemenkeu
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar. OJK saat ini terus mengobservasi berbagai faktor antara potensi dan tantangan pemulihan ekonomi ke depan. Dok: Youtube Kemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA -  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) angkat bicara mengenai permintaan pemerintah terkait perpanjangan masa restrukturisasi kredit Covid-19.

Regulator jasa keuangan itu menilai POJK Stimulus menjadi isu kritikal saat ini. Stimulus OJK akan menargetkan sektor, segmen dan wilayah tertentu.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan stimulus restrukturisasi dari POJK Stimulus telah terbukti efektif untuk meredam dampak peningkatan risiko kredit selama pandemi dalam 2 tahun terakhir.

Untuk terus menjaga aspek tata kelola (governance) dan prinsip kehati-hatian di tengah perpanjangan kebijakan stimulus restrukturisasi tersebut, kata Dian, POJK No.17/POJK.03/2021 tentang Stimulus Perekonomian memandatkan kepada bank untuk menerapkan manajemen risiko, antara lain untuk dapat melakukan asesmen terhadap debitur yang eligible untuk direstrukturisasi dan memastikan kecukupan pembentukan CKPN.

“OJK saat ini terus mengobservasi berbagai faktor antara potensi dan tantangan pemulihan ekonomi ke depan,” kata Dian kepada Bisnis, Rabu (17/8).

Dian menjelaskan melandainya kasus Covid-19, maraknya aktivitas perekonomian dan kondusifnya kinerja makro ekonomi domestik menjadi poin plus dalam mendukung perkembangan sektor riil kedepan.

Pada saat yang sama berbagai tantangan masih berpotensi menghalangi optimisme tersebut diantaranya masih tingginya tensi geopolitik global, disrupsi rantai pasok, tingginya harga komoditas dan energi serta efek rembetan dari peningkatan inflasi dan suku bunga yang memicu stagflasi, masih membayangi optimisme pemulihan ekonomi kedepan.

Mempertimbangkan hal-hal tersebut, isu timing normalisasi kebijakan POJK Stimulus menjadi isu kritikal.

Menurut Dian penghentian kebijakan relaksasi yang terlalu cepat berpotensi menimbulkan cliff effect dan shock pada industri perbankan serta menghambat pemulihan ekonomi. Sebaliknya, relaksasi yang terlalu lama berpotensi juga menimbulkan moral hazard.

Di tengah berbagai dinamika perekonomian global dan domestik yang saat ini terjadi, OJK menyadari bahwa tingkat pemulihan kinerja debitur tentu akan berbeda di setiap sektor dan wilayah.

Di satu sisi, OJK juga menyadari bahwa perkembangan kasus Covid-19 sudah menurun dan terkendali, mobilitas masyarakat terus membaik, harga komoditas naik, yang tentu akan memberikan dampak positif pada debitur korporasi di sektor tertentu. Ke depan, OJK tentu akan terus mencermati perkembangan perekonomian dan kasus Covid-19.

“Di samping itu, dengan mempertimbangkan efektivitas kebijakan restrukturisasi dalam meredam peningkatan risiko kredit hingga saat ini. Arahan stimulus OJK diharapkan akan lebih targeted kepada sektor, segmen, maupun wilayah yang dianggap masih membutuhkan,” kata Dian.

Sebelumnya, data OJK menyebutkan per Juni 2022 nilai outstanding restrukturisasi kredit perbankan sebesar Rp576,17 triliun, berkurang lebih dari Rp375 triliun dibandingkan dengan November 2020. Sementara itu jumlah debitur, juga mengalami pengurangan dari 7,53 juta (November 2020) menjadi 2,99 juta per Juni 2022.

Lebih lanjut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan bahwa pemerintah telah berbicara dengan OJK agar restrukturisasi kredit dapat diperpanjang hingga Maret 2024, atau diperpanjang satu tahun lagi.

Sejumlah bankin menilai perpanjangan masa restrukturisasi kredit selama 1 tahun adalah langkah tepat, mengingat sejumlah sektor saat ini belum pulih sepenuhnya setelah terpukul pandemi Covid-19.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper