Direktur Utama PT BCA Finance Roni Haslim menjelaskan pemain pembiayaan mobil baru kemungkinan besar tidak akan terlalu kaget, karena mayoritas perusahaan pun cenderung lebih selektif dalam waktu dua tahun belakangan.
Artinya, besar kemungkinan calon debitur peminat mobil baru terkini merupakan segmen konsumen kendaraan yang tidak terlalu terdampak kenaikan harga BBM.
"Saya kira kalau BBM naik, akan ada efek kejut sesaat buat penyaluran pembiayaan mobil. Tapi pasar akan pulih kembali dengan cepat karena segmen pembeli mobil saat ini sepertinya tidak banyak terpengaruh kenaikan BBM," ungkapnya kepada Bisnis.
Senada, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance/CNAF) Ristiawan Suherman melihat calon-calon debitur mobil baru dalam incarannya kemungkinan tidak akan menunda membeli mobil karena kenaikan harga BBM.
Pasalnya, calon debitur mobil baru cenderung telah memiliki rencana yang lebih matang untuk memutuskan mulai mengambil cicilan. Terlebih, portofolio pembiayaan mobil baru CNAF mayoritas merupakan kontribusi segmen unit middle-up.
"Oleh karena itu, kemungkinan dari sisi penyaluran pembiayaan mobil baru, CNAF tidak akan terlalu terdampak. Tapi dari sisi lonjakan NPF, ada potensi, terutama dari portofolio pembiayaan mobil bekas," ujarnya ketika ditemui Bisnis beberapa waktu lalu.
Sebagai gambaran, berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2022, outstanding kredit mobil baru senilai Rp117,97 triliun yang notabene merupakan penyumbang piutang terbesar buat industri, tercatat tumbuh 5,29 persen (year-to-date/ytd) ketimbang tutup buku 2021.
Sementara itu, outstanding kredit sepeda motor baru senilai Rp65,26 triliun tercatat hanya tumbuh tipis 0,56 persen ytd ketimbang akhir 2021. Terutama dampak gap pasokan unit dari pabrikan dengan permintaan konsumen yang masih begitu jauh, sehingga para pemain pembiayaan motor baru masih harus mengalami penundaan transaksi.