Sementara itu, untuk proyeksi pendapatan dan laba bersih hingga akhir tahun nanti, Ristiawan mengatakan bahwa perusahaan memproyeksikan total pendapatan mencapai Rp1,3 triliun. Dari estimasi ini, laba perusahaan ditargetkan mencapai Rp400 miliar.
“Strategi yang akan kami lakukan adalah meningkatkan penyaluran pembiayaan dengan memanfaatkan perkembangan ekonomi dan industri otomotif yang membaik. Selain itu, kami juga akan melakukan inisiatif efisiensi biaya dengan mengeliminasi biaya yang tidak diperlukan (bad cost) untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,” ujarnya.
Target pendapatan dan laba bersih tersebut diproyeksikan masing-masing mengalami perumbuhan 35 persen dan 20 persen jika dibandingkan pada akhir 2021.
Berdasarkan laporan tahunan CIMB Niaga Auto Finance, pada akhir tahun 2021 perusahaan mencatatkan total pendapatan sebesar Rp905 miliar yang dikontribusi dari sektor pembiayaan konsumen, jasa dan komisi, bunga, sewa pembiayaan dan lainnya.
Sementara itu, laba bersih perseroan pada akhir tahun 2021 dibukukan sebesar Rp243 miliar. Angka ini terus mengalami pertumbuhan sejak tahun 2019, di mana pada tahun 2019 dicatatkan sebesar Rp219 miliar dan pada tahun 2020 diperoleh sebesar Rp224 miliar.
Di sisi lain, berdasarkan catatan Bisnis, CIMB Niaga Auto Finance mencatatkan realisasi penyaluran pembiayaan sebesar Rp6,8 triliun sampai dengan Oktober 2022. Nilai itu tumbuh 62 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp4,2 triliun.
Baca Juga
Ristiawan mengungkapkan bahwa semua segmen menyumbangkan pertumbuhan positif dalam hal penyaluran pembiayaan. Secara terperinci, bahwa pembiayaan mobil baru menyumbangkan pertumbuhan yang paling dominan dibandingkan segmen lain. Pada segmen mobil baru, pembiayaan melesat 93 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) per Oktober 2022 atau dari Rp1,13 triliun menjadi Rp2,19 triliun.
Menyusul di belakangnya, yakni pembiayaan mobil bekas ikut terkerek 57 persen yoy dari semula Rp1,78 triliun menjadi Rp2,81 triliun pada periode yang sama. Sementara itu, pembiayaan dana tunai di CNAF juga terpantau tumbuh sebesar 47 persen yoy dari Rp1,22 triliun menjadi Rp1,80 triliun.