Rem dan Gas
Dalam kesempatan itu, Arief menyampaikan bahwa ke depan pihaknya akan memilih jalur pertumbuhan secara berkualitas ketimbang menggenjot bisnis sekencang mungkin, misal melalui kelompok usaha, tetapi mengabaikan faktor risiko.
Strategi ini, sambungnya, dalam rangka menjaga pertumbuhan bisnis yang sehat dan berkelanjutan. “Buat apa tumbuh gila-gilaan tapi tahun berikutnya kami malah sibuk beresin NPL [non performing loan],” jelasnya.
Bank Jago turut menyalurkan kredit paylater melalui aplikasi Tokopedia dan Gopay. Kontribusi Grup GOTO terhadap ARTO disebut sekitar 30 persen. Total penyaluran kredit perseroan pada semester I/2023 mencapai Rp11,2 triliun, tumbuh 54 persen (yoy).
Arief melanjutkan memacu pertumbuhan kredit itu mudah. Namun, sambungnya, yang susah menyelesaikan kredit bermasalahnya.
“Maka itu, kami memilih fokus pada pertumbuhan yang berkualitas dengan menyeimbangkan rem dan gas. Kami harus tahu kapan injak gas dan kapan injak rem agar tidak bablas,” katanya.
Dia menyampaikan dalam ekspansi bisnis ada dua prinsip utama bagi perseroan. Pertama, Bank Jago adalah bank berbasis teknologi yang harus mampu mengoptimalkan semua kanal digital untuk akselerasi bisnis. Oleh sebab itu, ARTO harus tertanam di berbagai ekosistem.
Partnership lending, integrasi aplikasi, dan kolaborasi dengan berbagai platform digital adalah bentuk implementasi dari prinsip pertama ini.
“Sebagai bank digital, kami memang perlu memiliki mindset seperti startup dalam hal keberanian berinovasi, kreativitas dan kecepatan. Tapi, itu saja tidak cukup. Makanya ada prinsip kedua yang berfungsi sebagai pagar atau pengingat dalam menjaga prinsip pertama,” katanya.
Kedua, DNA Bank Jago memiliki fundamental bisnis yang kuat dan neraca yang sehat. “Manajemen bank ini berisi sejumlah bankir dengan jam terbang puluhan tahun masa kerja. Berbekal pengalaman itu, kami paham betul soal manajemen risiko. Jadi, kami selalu satu frekuensi bahwa pertumbuhan dan ekspansi bisnis itu memang penting, tapi bukan dengan cara ugal-ugalan,” katanya.
Dia mencontohkan strategi mengakuisisi nasabah atau pengguna aplikasi dan pengumpulan dana pihak ketiga. Bank Jago pantang meningkatkan jumlah pengguna dengan cara bakar uang atau mengajak orang lain install aplikasi dengan memberikan sejumlah uang sebagai imbalan.
“Akuisisi dengan cara semacam ini tidak sustain. Buat apa kita memiliki puluhan juta pengguna aplikasi, kalau sebagian besar rekeningnya tidak aktif [dormant],” katanya.