Bisnis, JAKARTA - Bank-bank besar tentu bakal tetap menjadi pilihan utama masyarakat maupun pelaku usaha ketika hendak mengajukan kredit. Namun, besaran suku bunga kredit akan menjadi salah satu komponen utama yang bakal dipertimbangkan debitur. Lantas, bagaimana arah suku bunga kredit bank jumbo tahun ini?
Arah kebijakan bunga kredit bank jumbo menjadi salah satu ulasan pilihan yang terangkum dalam Top 5 News Bisnisindonesia.id edisi Selasa (9/1/2024). Selain itu, terdapat pula sederet informasi komprehensif untuk pembaca seperti leasing paling moncer, konsumsi baja nasional hingga kuda-kuda industri asuransi jiwa. Berikut selengkapnya:
1. Membaca Arah Kebijakan Bunga Kredit Bank Jumbo
Tahun lalu, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak dua kali, masing-masing 25 bps pada Januari 2023 dan Oktober 2023. Kendati tahun lalu hanya dua kali, pada 2022 BI sudah lebih dahulu menaikkan sebanyak lima kali. Alhasil, suku bunga acuan atau BI-Rate kini ada di level 6%.
Namun, butuh waktu beberapa bulan bagi pelaku industri perbankan untuk mentransmisikan kenaikan bunga acuan ini ke dalam suku bunga kredit maupun simpannya masing-masing. Itu berarti, kenaikan terakhir BI-Rate pada Oktober 2023 lalu bakal mulai terasakan di bunga bank pada awal tahun ini.
Kalangan perbankan kemungkinan besar bakal turut menyesuaikan suku bunga kredit mereka terhadap BI-Rate, meskipun besaran kenaikannya akan sangat ditentukan oleh persaingan pasar. Hanya saja, masih ada kemungkinan arah kebijakan suku bunga bank sentral akan berubah menjadi lebih longgar.
Baca Juga
Sejumlah bank papan atas pun terus mengamati dinamika pasar dan kondisi ekonomi dalam menentukan kebijakan suku bunga mereka. Hal ini dilakukan guna memastikan pangsa pasar mereka tetap terjaga dan tidak sampai beralih ke bank lain.
2. Kuda-kuda Industri Asuransi Jiwa Melangkah di Tahun Naga Kayu
Industri asuransi menargetkan pertumbuhan bisnisnya di tahun Naga Kayu. Berbagai upaya dilakukan dengan menjaga pengembangan bisnis perseroan.
Sebelumnya, Indonesia Financial Group (IFG) Progress melaporkan total pendapatan premi langsung, baik asuransi jiwa dan umum di Indonesia menempati posisi ketiga di Kawasan Emerging Asia pada 2022.
Merujuk Economic Bulletin bertajuk Indonesia’s Insurance Product Snapshot yang dipublikasi pada 29 Desember 2023, posisi Indonesia berada setelah China yang menduduki urutan pertama dan kemudian disusul India di posisi kedua.
Dalam laporan tersebut, Indonesia berhasil mencatat total direct written premium hingga mencapai US$18,870 juta, sementara China dan India masing-masing mencatat total direct written premium sebesar US$697,806 juta dan US$131,041 juta.
Jika dievaluasi terhadap tingkat penetrasi premi asuransi, yaitu perbandingan antara pendapatan premi dengan Produk Domestik Bruto (PDB), IFG Progress melaporkan posisi Indonesia relatif rendah di antara negara-negara Emerging Asia.
3. Performa Sederet Leasing, Siapa Paling Moncer?
Sederet perusahaan pembiayaan atau leasing mencatat performa moncer. Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan sepanjang 2023.
Meskipun tak seluruhnya memiliki nasib yang sama, pertumbuhan tertinggi dapat mencapai di atas 25%, namun ada pula yang hanya tumbuh di bawah 10%. Namun, catatan tersebut terhitung masih positif.
Misalnya saja, PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN), mencatatkan pertumbuhan pembiayaan 5,76% dari sebelumnya Rp5,2 triliun pada 2022. “Penyaluran pembiayaan di Mandala Finance sepanjang 2023 senilai Rp5,5 triliun,” kata Managing Director Mandala Finance Christel Lasmana kepada Bisnis, Senin (8/1/2024).
Dia menyebut pembiayaan yang paling banyak disalurkan adalah pembiayaan untuk kebutuhan konsumen seperti pembiayaan kendaraan roda dua dan modal kerja untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Pertumbuhan tinggi dicatatkan oleh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk. (ADMF). Penyaluran pembiayaan perseroan tumbuh sebanyak 31% menjadi Rp41,6 triliun pada 2023. Anak usaha Bank Danamon itu sebelumnya membukukan pembiayaan Rp31,7 triliun pada 2022.
4. Sederet Faktor Pendorong Konsumsi Baja Nasional 2024
Konsumsi baja nasional pada 2024 diproyeksikan melanjutkan tren pertumbuhan sejak pandemi Covid-19, seiring dengan laju permintaan dunia.
Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) memperkirakan konsumsi baja nasional pada tahun ini bertumbuh 5,2% menjadi 18,3 juta ton.
Dalam laporan terbaru IISIA, pertumbuhan konsumsi sejalan dengan tren peningkatan sejak 2020 hingga 2023. Adapun, konsumsi baja nasional pada 2023 mencapai 17,4 juta ton, naik dari tahun sebelumnya 16,6 juta ton.
Peningkatan konsumsi baja nasional pada tahun ini ditopang belanja infrastruktur pemerintah, dan sektor properti, industri pengguna baja otomotif, elektronik, hingga peralatan rumah tangga. Pertumbuhan industri baja global juga mempengaruhi tingkat konsumsi baja nasional.
World Steel Association (WSA) memperkirakan konsumsi baja global pada 2023 tumbuh 1,8% menjadi 1.814,5 juta ton, dan konsumsi baja dunia 2024 akan tumbuh lebih lanjut 1,9% menjadi 1.849,1 juta ton.
Bagi industri baja Indonesia, pertumbuhan pasar China berperan penting lantaran merupakan pasar terbesar sekaligus sumber impor terbesar.
5. Lion Air Terkena Imbas Insiden Pesawat Boeing
Produsen pesawat berpusat di Amerika Serikat, Boeing Co kembali menghadapi tekanan menyusul insiden lepasnya pintu darurat maskapai Alaska Airlines pada 5 Januari 2024.
Pesawat berjenis Boeing 737-9 Max melakukan penerbangan dari Portland, Oregon menuju Ontario, California. Namun baru 20 menit lepas landas, pilot memutuskan mengambil langkah emergency landing seiring dengan lepasnya pintu darurat di maskapai tersebut.
Tidak lama berselang, regulator penerbangan sipil AS, Federal Aviation Administration (FAA) meminta seluruh maskapai untuk grounded alias menghentikan operasi pesawat jenis tersebut.
Keputusan ini berdampak pada 171 Boeing 737-9 MAX di seluruh dunia yang kini tidak dapat beroperasi hingga penyelidikan menyeluruh selesai dilakukan. Kebijakan ini turut menyeret maskapai swasta dalam negeri, Lion Air Group.