Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masyarakat RI Doyan Makan Tabungan, Ekonom Ungkap Penyebabnya

Ekonom mengatakan fenomena masyarakat makan tabungan perbankan ini lantaran penarikan uang pada Lebaran serta masifnya peredaran uang fisik di banyak daerah.
Siluet karyawati memberikan penjelasan kepada nasabah tentang aplikasi BTN Mobile di salah satu kantor cabang BTN di Jakarta, Rabu (17/1/2024). PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk/JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Siluet karyawati memberikan penjelasan kepada nasabah tentang aplikasi BTN Mobile di salah satu kantor cabang BTN di Jakarta, Rabu (17/1/2024). PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk/JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena masyarakat makan tabungan alias 'mantab' dinilai telah menjadi pola berulang dan konstan bagaimana masyarakat membelanjakan uangnya. 

Ekonom Senior & Peneliti Poltak Hotradero mengatakan penurunan saldo tabungan di perbankan ini lantaran penarikan uang pada Lebaran serta masifnya peredaran uang fisik di banyak daerah.

“Sebenarnya [penurunan saldo masyarakat] terjadi dari peristiwa hari raya. Lalu, kenaikan kredit juga terjadi sebelum lebaran. Biasanya sekitar bulan tiga atau empat usai momen itu [saldo tabungan] akan tumbuh lagi,” ujarnya dalam agenda Unfiltered Bank Saqu, Kamis (30/5/2024)

Berdasarkan data yang dipaparkannya, rasio tabungan terhadap pendapatan mengalami tren penurunan sejak tahun 2019. Pada November 2019, rasio tabungan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia sebesar 19,8%. Pada Oktober 2023, turun menjadi 15,7%.

Kemudian, per April 2024, rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia sebesar 16,7%. Angka ini belum melampaui rasio simpanan terhadap pendapatan pada 2019.

Meski demikian, dia menilai makan tabungan di masyarakat ini bakal membaik pada semester II/2024, terdorong adanya bonus dan gaji yang dapat meningkatkan pendapatan dan kemampuan masyarakat untuk menyimpan uang.

Lebih lanjut, dia menyebut keuangan digital dirasa mampu memperbaiki kondisi ini dan mempercepat pemulihan ekonomi. Pasalnya, dengan transaksi digital memungkinkan aliran uang lebih cepat dan efisien untuk masuk kembali ke sistem perbankan. 

“Fenomena makan tabungan ini sifatnya temporer tapi balik kalau enggak ada perbaikan [keuangan digital] secara struktural [makan tabungan] akan berulang terus,” ujarnya. 

Sebagai informasi, dalam catatan Lembaga Penjamin Simpana (LPS) per April 2024 untuk tabungan masyarakat di bawah Rp100 juta mengalami tren perlambatan, yakni hanya tumbuh 4,06% secara tahunan. Angka ini susut dari bulan sebelumnya, yakni Maret 2024 sebesar 7,3%.  

“Sepertinya sebagian masyarakat [kelompok ini] menghabiskan uangnya untuk berlibur. Tapi, kalau secara makro, mungkin mereka mulai mengurangi tabungan karena kebutuhan yang besar,” ucap Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa (28/5/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper