Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DJSN Buka Suara soal Penghapusan Data Peserta yang Nunggak Iuran BPJS Kesehatan

Simak update dari DJSN soal write off atau penghapusan data peserta yang nunggak iuran BPJS Kesehatan.
Karyawan melayani peserta di salah satu kantor cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Jakarta, Selasa (12/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Karyawan melayani peserta di salah satu kantor cabang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Jakarta, Selasa (12/7/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA— Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) mengungkap kajian terkait dengan pemutihan atau penghapusan iuran peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang menunggak iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) masih dilakukan. 

Ketua Komisi Pemantauan, Monitoring dan Evaluasi DJSN Muttaqien menyebut bahwa untuk melakukan penghapusan iuran peserta yang tidak mampu dan  menunggak maka regulasi yang dapat mengaturnya adalah Peraturan Presiden (Perpres).

Ketika masa Pandemi Covid-19, menurutnya, pemerintah pernah melakukan relaksasi pembayaran iuran bagi peserta yang menunggak iuran melalui Perpres No 64 Tahun 2020.  

“Kini Pemerintah dan BPJS Kesehatan sedang menyelesaikan kajian secara komprehensif dan hati-hati dari berbagai aspek terkait hal tersebut termasuk risiko dan mitigasi risikonya,” kata Muttaqien kepada Bisnis, Selasa (11/6/2024). 

Muttaqien menyebut kajian komprehensif dilakukan supaya pemutihan iuran peserta menunggak dapat menjadi salah satu topik  pembahasan dalam penyusunan Perpres selanjutnya. Upaya tersebut dilakukan untuk memastikan keberlanjutan, peningkatan kualitas, dan ekuitas program JKN.

Selain itu, Muttaqien menyebut DJSN juga telah merekomendasikan BPJS  Kesehatan dengan segala  instrumen yang ada untuk fokus melakukan kegiatan untuk akuisisi peserta baru, retensi, dan reaktivasi peserta yang non aktif.  

Dia menilai BPJS harus melakukan upaya penegakan kepatuhan peserta membayar iuran secara rutin, koordinasi aktif dengan Kementerian Sosial (Kemensos) untuk ketepatan peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI), mendorong memperkuat peran Pemerintah Daerah (Pemda) untuk mendaftarkan peserta melalui mekanisme PBPU Pemda. 

“Serta secara aktif melakukan pemberitahuan kepada peserta yang non aktif terkait status kepesertaannya dari segmen apapun, terutama Peserta PBI dan PBPU Pemda yang dinonaktifkan. Jangan sampai peserta baru terinfo ketika tiba-tiba membutuhkan pelayanan kesehatan di faskes,” ungkapnya. 

Namun demikian, dari sisi peserta, DJSN juga meminta peserta agar secara aktif mengecek status kepesertaannya di mobile JKN, call center 165, Chika, maupun sosial media BPJS Kesehatan.

Per 1 Juni, BPJS Kesehatan mencatat dari total 273 juta peserta JKN terdapat 58,3 juta peserta yang berstatus non aktif.  Dari 58,3 juta peserta non aktif tersebut, tercatat sekitar 19,5 juta yang non aktif adalah peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI JK). Artinya, yang menonaktifkan peserta tersebut adalah Kementerian Sosial (Kemensos) dengan berbagai pertimbangan. 

Kemudian, 9,7 juta peserta merupakan segmen PBI APBD atau Pekerja Bukan Penerima Upah yang Didaftarkan Pemerintah Daerah (PBPU Pemda) yang berstatus non aktif. Dalam kategori ini, yang menonaktifkan peserta segmen ini adalah pemerintah daerah setempat.

Selanjutnya, ada sekitar 9,8 juta peserta segmen Pekerja Penerima Upah Badan Usaha (PPU BU) yang berstatus non aktif.  Peserta ini adalah seorang pegawai swasta yang sudah pensiun, pegawai swasta yang kontraknya habis, atau bisa juga merupakan pegawai yang terdaftar di badan usaha tetapi pada saat pandemi perusahaannya dinyatakan pailit.

Dari total 58,3 juta peserta JKN yang non aktif tersebut, ada sekitar 41,3 juta peserta yang non aktif tanpa tunggakan iuran, dan 16,9 juta peserta JKN yang non aktif dan ada tunggakan iuran. Dari jumlah 16,9 juta peserta JKN non aktif dengan tunggakan, sebanyak 16,4 juta adalah peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau peserta JKN mandiri.

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper