Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Paylater, Ancaman atau Peluang Bisnis Bank?

Pada awalnya, pemain industri paylater merupakan perusahaan nonbank dan disebut berpotensi menggerus transaksi penggunaan kartu kredit yang dirilis bank.
Arlina Laras,Fahmi Ahmad Burhan,Pernita Hestin Untari
Jumat, 19 Juli 2024 | 10:30
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Seiring dengan tren digitalisasi transaksi keuangan, muncul beragam cara pembayaran baru salah satunya buy now pay later atau paylater. Pada awalnya, pemain industri paylater merupakan perusahaan nonbank dan disebut berpotensi menggerus transaksi penggunaan kartu kredit yang dirilis bank.

Dalam perkembangannya, pertumbuhan transaksi paylater tumbuh signifikan melampaui transaksi menggunakan kartu. Walaupun, dari sisi nominal, transaksi penggunaan paylater masih jauh lebih kecil ketimbang nilai transaksi kartu kredit.

Mengacu statistik sistem pembayaran dan infrastruktur pasar keuangan (SPIP) Bank Indonesia (BI), nilai transaksi kartu kredit tumbuh 5,09% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp36,12 triliun pada Maret 2024.

Jumlah transaksi kartu kredit juga naik 14,13% yoy menjadi 36,73 juta transaksi dengan kartu kredit yang beredar mencapai 18,13 juta unit pada Maret 2024 naik 4,31% yoy dari 17,38 juta unit.

Namun, bisnis paylater tumbuh lebih pesat lagi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat outstanding piutang pembiayaan paylater mencapai Rp6,13 triliun per Maret 2024. Angka tersebut meningkat 23,90% yoy.

Kini sejumlah bank ikut masuk dalam bisnis paylater, seperti BCA dan Bank Mandiri. Sementara, BNI dan CIMB Niaga berencana meluncurkan paylater dalam waktu yang tidak lama lagi.

Mencicipi kue bisnis paylater menjadi bagian dari strategi bank untuk meningkatkan pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan nasabah potensial, yaitu kalangan generasi muda yang merupakan pengguna aktif platform digital.

Tak hanya itu, pengembangan produk paylater juga menjadi alternatif yang diberikan bank bagi para nasabahnya untuk menjaga cashflow apabila seorang individu memiliki suatu kebutuhan bersifat konsumtif dengan cara mencicil, mengingat kebijakan persetujuan kartu kredit masih terbilang ketat.

Bank Mandiri pun melaporkan sejak awal diluncurkan ke publik, layanan ini terus mendapat respons positif dari nasabah. Corporate Secretary Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengatakan sampai dengan akhir Mei 2024 jumlah nasabah Bank Mandiri pengguna Livin’ Paylater telah mencapai meningkat dua kali lipat jika dibandingkan akhir 2023.

“Sementara itu, jumlah volume transaksi pada periode yang sama turut mencatat pertumbuhan lebih 81% jika dibandingkan dengan posisi Desember 2023 atau year to date [ytd],” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (16/7/2024).

Kata Ali, pencapaian ini tidak terlepas dari beragam strategi dan inovasi yang secara aktif dilakukan perseroan. Salah satunya melalui program promosi dengan berbagai penawaran menarik yang dapat dinikmati di berbagai merchant pilihan.

Tidak hanya itu, Ali menyebutkan bahwa Bank Mandiri juga terus mengembangkan fitur pembayaran yang lebih variatif untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi nasabah. Seperti penambahan fitur pembayaran melalui Virtual Account (VA) di merchant e-commerce.

BCA juga membukukan tren kinerja bisnis buy now pay later yang positif. Perseroan juga terus melakukan pengembangan inovasi atas fitur ini.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan pertumbuhan pengguna Paylater mencapai 108% dan outstanding menembus 94% per Mei 2024. "Inovasi produk rutin kita lakukan. Kita saat ini ada grup-grup kecil yang mempermudah setiap inovasi bisa dilalukan dan di-exercise dengan lebih baik," ujarnya dalam Outlook Ekonomi Semester II 2024, Senin (15/7/2024).

Hera mengatakan saat ini inovasi produk paylater masih terus dikaji dengan menyesuaikan kebutuhan market. "Biasanya kita ada pilot project, uji coba, aman enggak, relevan enggak. Jadi, selalu kita lakukan update produk dan layanan," ujarnya.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan melihat dengan semakin banyaknya bank yang masuk ke bisnis paylater, potensi untuk menggantikan kartu kredit akan semakin besar.

“Persaingan bisnis paylater akan semakin ketat seiring dengan masuknya bank-bank besar. Potensi paylater untuk menggantikan kartu kredit juga semakin besar,” kata Trioksa.

Dengan semakin banyaknya jumlah pemain, Trioksa menyebut bahwa pemain baru juga perlu menyiapkan strategi supaya dapat diterima masyarakat. Beberapa di antaranya yakni dengan memberikan promo untuk menarik konsumen baru.

Kendati demikian, perlindungan konsumen juga diperlukan kala bisnis paylater semakin ketat. Diketahui saat ini masih belum ada aturan khusus terkait dengan bisnis paylater.

Menurut Trioksa, peraturan khusus paylater idealnya dapat melakukan pengawasan agar konsumen tetap terlindungi dan bisnis paylater dapat berjalan normal dan dikembalikan kepada selera pasar. “Sepanjang konsumen terlindungi menurut saya, bisnis paylater dapat terbuka lebar,” ungkapnya.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper