Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mengimbau generasi muda untuk bijak dalam mengelola keuangan untuk menghindari pinjaman online (pinjol) dan paylater.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam agenda Ikutan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) 2025, di Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (14/8/2025).
“Kalau Anda nggak butuh, nggak usah pakai paylater. Kalau butuh saja pakai paylater,” kata Purbaya, Kamis (14/8/2025).
Dia menilai, literasi keuangan sejak dini sangat penting bagi generasi muda. Dalam kesempatan itu, Purbaya mengajak generasi muda untuk menabung sedikit demi sedikit.
Menurutnya, setelah memiliki tabungan, generasi muda perlu mengembangkan dana tersebut melalui investasi, dimulai dari instrumen yang aman hingga yang berisiko lebih tinggi namun berpotensi memberi keuntungan lebih besar.
Pemahaman tentang menabung dan berinvestasi sejak dini dinilai dapat mencegah masyarakat terjerat investasi bodong maupun pinjaman online.
Baca Juga
Selain itu, dia mengimbau generasi muda untuk menghindari perilaku konsumtif terhadap kebutuhan yang tidak mendesak, terutama jika tidak memiliki dana.
“Jadi prinsipnya adalah, kalau saya sih, kalau mencegah pinjaman online itu, atau yang lain-lain yang borosan-borosan adalah, kalau Anda nggak punya duit, nggak usah beli. Ilegal maupun pinjaman yang paylater,” tuturnya.
Paylater Tumbuh Tinggi
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kredit paylater perbankan mencapai Rp22,99 triliun pada Juni 2025. Capaian itu naik 29,75% secara tahunan (Year-on-Year/YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae menyampaikan, porsi kredit buy now pay later perbankan tercatat sejumlah 0,28% dari total kredit.
“Untuk porsi buy now pay later perbankan tercatat 0,28%, namun turut mencatatkan pertumbuhan yang tinggi secara tahunan,” ungkap Dian dalam Konferensi Pers RDK, Senin (4/8/2025).
Dian mengatakan, baki kredit BNPL per Juni 2025 sebagaimana dilaporkan dalam SLIK tumbuh 29,75% secara tahunan, menjadi Rp22,99 triliun. Tercatat, jumlah rekening pada periode tersebut mencapai 26,96 juta.
Sementara itu, OJK mencatat kredit perbankan pada Juni 2024 mencapai Rp8.059,79 triliun atau tumbuh 7,77% secara tahunan.
“Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi 12,53% diikuti kredit konsumsi 8,49% sedangkan kredit modal kerja tumbuh 4,45% YoY,” ungkap Dian.
Dari sisi risiko kredit, rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross pada Juni 2025 tercatat sebesar 2,22%, membaik dibandingkan posisi Mei 2025 yang sebesar 2,29% dan Juni 2024 di level 2,26%. NPL net juga menurun tipis ke 0,84% dari sebelumnya 0,85% pada Mei 2025, tetapi justru naik jika dibandingkan Juni 2024 yaitu 0,78%.
Loan at Risk (LaR) yang mencerminkan potensi risiko kredit ke depan turut mencatat penurunan dari 10,51% per Juni 2025 menjadi 9,73% pada Juni 2025. Hal ini menunjukkan adanya upaya konsisten industri dalam menjaga kualitas aset di tengah perlambatan pertumbuhan kredit.