Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Paylater, Ancaman atau Peluang Bisnis Bank?

Pada awalnya, pemain industri paylater merupakan perusahaan nonbank dan disebut berpotensi menggerus transaksi penggunaan kartu kredit yang dirilis bank.
Arlina Laras,Fahmi Ahmad Burhan,Pernita Hestin Untari
Jumat, 19 Juli 2024 | 10:30
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik

Senada, Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda pun melihat bahwa pembiayaan melalui kartu kredit kemungkinan akan semakin ditinggalkan.

Dia melihat bahwa konsumsi masyarakat ke depan akan terdorong dari konsumsi leisure masyarakat yang terus meningkat. Konsumsi leisure tersebut berkaitan dengan konsumsi gadget, hotelling, dan transportasi.

“Jika melihat data ke belakang, pertumbuhan konsumsi leisure ini lebih cepat dibandingkan dengan konsumsi nonleisure. Pengeluaran masyarakat untuk leisure akan semakin tinggi, terutama untuk gen Milenial dan Z. Ditambah lagi sektor teknologi informasi yang tumbuh lebih cepat dibandingkan pertumbuhan ekonom nasional,” kata Huda.

Huda mengatakan konsumsi pembiayaan pun akhirnya berubah dari konvensional ke berbasis pembiayaan berbasis digital. Seperti halnya paylater yang menjadi salah satu metode pembiayaan yang banyak digemari oleh masyarakat.

Huda mengatakan banyak perbankan yang berbondong-bondong yang masuk ke bisnis paylater karena memang menarik pasarnya. Setelah masuknya paylater ke dalam superapp BCA dan Bank Mandiri, dia yakin bahwa semakin banyak bank yang tertarik.

Oleh sebab itu, bisnis pay later pertumbuhannya akan positif ke depan. Terutama untuk paylater yang terhubung dengan layanan digital. “Saya rasa mereka akan lebih unggul dibandingkan dengan lainnya,” imbuhnya.

Optimistis Bisnis Kartu Kredit

Di sisi lain, Bank Danamon (BDMN) masih meyakini bisnis kartu kredit bakal moncer pada tahun ini meskipun harus bersaing ketat dengan paylater.

Bank Danamon sendiri telah menyiapkan bekal untuk bertarung di segmen kredit tanpa jaminan itu dengan mengakuisisi portofolio Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI).

Consumer Lending Business Head of Bank Danamon Enriko Sutarto mengatakan perseroan menargetkan pertumbuhan bisnis kartu kredit 15% sampai 20% pada tahun ini. Adapun, pada kuartal II/2024, bisnis kartu kredit Bank Danamon telah tumbuh di kisaran 10% sampai 15%. Perusahaan optimistis target pertumbuhan bisnis kartu kredit bisa tercapai.

Dia menambahkan peluang pertumbuhan transaksi kartu kredit pada tahun ini terbuka lebar. Adapun, Bank Danamon akan memaksimalkannya melalui berbagai cara.

"Pada dasarnya kami lihat di market, kami disuport fitur-fitur andalan di kartu kredit. Inisiatif portofolio Standard Chartered juga membuka peluang cross selling," ujar Enrico.

Bank Danamon juga manfaatkan ekosistem pemegang saham pengendalinya dari Jepang yakni Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG).

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper