Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kredit Bermasalah (NPL) UMKM Menanjak, Penyaluran Pinjaman Masih Moncer?

Rasio kredit bermasalah atau NPL segmen UMKM terpantau meningkat hingga Juni 2024, lalu bagaimana kondisi penyaluran pinjaman UMKM perbankan?
Annisa Sulistyo Rini,Fahmi Ahmad Burhan
Jumat, 26 Juli 2024 | 08:30
Pegawai merapikan oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh NTT Ibu Soekiran, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai merapikan oleh-oleh di Pusat Oleh-Oleh NTT Ibu Soekiran, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). JIBI/Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terpantau meningkat di tengah kondisi ekonomi global yang menantang. Bagaimana kondisi penyaluran kredit UMKM perbankan?

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan rasio NPL segmen UMKM meningkat cukup tinggi dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Pada Mei 2024, rasio NPL kredit UMKM mencapai 4,27%, sedangkan Desember 2023 sebesar 3,71%.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI, sebagai bank yang fokus menyalurkan kredit ke segmen UMKM, tercatat menyalurkan kredit senilai Rp1.336,78 triliun atau tumbuh 11,20% year on year (YoY).

"Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI, dengan porsi mencapai 81,96% dari total penyaluran kredit BRI atau sekitar Rp1.095,64 triliun," ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam paparan kinerja semester I/2024 di Jakarta, Kamis (25/7/2024).

Meski mengalami pertumbuhan secara total penyaluran kredit, untuk segmen mikro dan kecil mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Pada semester I/2023, kredit segmen mikro dan kecil BRI tumbuh 11,4% YoY dan 5,1% YoY. Adapun, pada semester I/2024 kredit segmen mikro tumbuh 7,8% YoY, sedangkan segmen kecil tumbuh 2,0% YoY.

Sunarso pun tidak menampik saat ini penyaluran kredit UMKM menghadapi tantangan tingginya rasio kredit bermasalah atau NPL. Dia menyebutkan NPL kredit UMKM perbankan sekitar 4%, tetapi BRI masih berada di bawah angka industri, yaitu 3,05%.

Dilihat dari presentasi perusahaan, segmen kecil (small) mencatatkan NPL paling tinggi sebesar 5,05%, lebih besar ketimbang semester I/2023 yang sebesar 4,29%. Sementara, segmen mikro juga mencatatkan kenaikan NPL dari 2,23% menjadi 2,95%.

Segmen lainnya, seperti menengah (medium) dan korporasi justru mencatatkan perbaikan NPL, masing-masing sebesar 1,75% dari 2,70% dan 3,07% dari 4,83%. Adapun, segmen konsumer mencatatkan kenaikan tipis rasio NPL, dari 2,02% menjadi 2,13%.

Sunarso pun menyatakan perseroan akan tetap tumbuh di segmen UMKM, tetapi lebih selektif dalam penyalurannya. "Portofolio yang sudah ada akan dipilah-pilah lagi mana yang bisa lanjut, mana yang bermasalah," jelasnya.

BRI juga menjalankan kebijakan restrukturisasi dalam menghadapi kenaikan NPL di segmen UMKM ini serta menyisihkan pencadangan yang cukup, yaitu lebih dari 2 kali NPL. Sebagai informasi, rasio NPL coverage BRI berada pada level yang memadai sebesar 211,60%.

Sementara itu, berdasarkan Analisis Uang Beredar yang dirilis Bank Indonesia (BI), perbankan telah menyalurkan kredit kepada segmen UMKM dengan nilai Rp1.375,2 triliun pada Juni 2024, hanya tumbuh 6,7% secara tahunan.

"Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM terutama ditopang kredit skala mikro 9,9% yoy," tulis laporan BI pada Senin (22/7/2024).

Kredit Bermasalah (NPL) UMKM Menanjak, Penyaluran Pinjaman Masih Moncer?

Pengunjung melihat produk UMKM di Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Abdurachman

Meski tumbuh, kinerja kredit UMKM pada Juni 2024 melambat dibandingkan bulan sebelumnya atau Mei 2024 yang tumbuh 7,3% yoy. Adapun, pada akhir tahun lalu atau Desember 2024, kredit UMKM telah tumbuh 7,9% yoy.

Porsi penyaluran kredit UMKM pun kian susut. Per Juni 2024, tercatat porsi kredit UMKM mencapai 18,57%, susut dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai porsi 18,71%.

Porsi kredit UMKM juga susut sepanjang tahun berjalan atau dibandingkan Desember 2023 pada level 19,36%. Dengan begitu, porsi kredit UMKM kian jauh dari harapan pemerintah yakni 30%.

Senior Faculty LPPI Amin Nurdin mengatakan kinerja kredit UMKM dipengaruhi oleh belum 100% pulihnya bisnis UMKM pasca Covid-19. "Bank pun jadi lebih berhati-hati karena kondisi tersebut," katanya kepada Bisnis pada pekan lalu (18/7/2024).

Selain itu, kinerja kredit UMKM pun dipengaruhi oleh NPL UMKM yang kian membengkak. Deputi Gubernur BI Juda Agung mengatakan NPL UMKM memang membengkak sepanjang tahun berjalan. Meski begitu, menurutnya perbankan sudah menyiapkan pencadangan yang cukup untuk mengantisipasi dampak pembengkakan NPL segmen UMKM.

"Kabar baiknya bank-bank yang saat ini banyak menyalurkan kredit ke UMKM kondisinya mereka punya CKPN [cadangan kerugian penurunan nilai] kuat untuk cover risiko kredit UMKM," tutur Juda.

Sementara, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) tercatat menyalurkan kredit ke segmen UKM mencapai Rp40,6 triliun per Maret 2024, turun 4,7% secara tahunan dari sebelumnya Rp42,5 triliun.

Secara bank only segmen medium perseroan memiliki NPL 5,9% stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara, segmen usaha kecil mengalami kenaikan NPL menjadi 4% dari 2,5%.

Sementara, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan kredit UKM dan mikro sebesar Rp247,9 triliun per Maret 2024, naik dari Maret 2023 yang hanya Rp223,2 triliun.

Lebih lanjut, secara bank only segmen SME di BMRI memiliki NPL 1,02% per Maret 2024 dari tahun sebelumnya 0,93%. Kemudian, pada periode yang sama NPL segmen mikro mencapai 1,65% dari 1,15%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper