Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Klaim Rasio Kesehatan Tembus 139,5%, Industri Asuransi Hadapi Tekanan Berat

Beberapa negara ASEAN setuju bahwa inflasi medis menjadi salah satu pemicu utama kenaikan klaim.
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di dekat logo-logo perusahaan asuransi di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) di Jakarta, Senin (28/10/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA— Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatatkan klaim rasio asuransi kesehatan mencapai sebesar 139,5% per kuartal III/2024. Hal tersebut mencerminkan nilai klaim yang dibayarkan jauh melebihi premi yang diterima. 

Data AAJI menunjukkan premi asuransi kesehatan hanya mencapai Rp14,98 triliun, sementara klaim yang dibayarkan melonjak hingga Rp20,91 triliun, meningkat 37,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp15,24 triliun. 

Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon menilai peningkatan klaim ini sebagai isu serius, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Dalam pertemuan dewan asuransi beberapa negara ASEAN setuju bahwa inflasi medis menjadi salah satu pemicu utama kenaikan klaim. 

“Hanya ada satu negara tetangga kita dalam pertemuan di dewan asuransi ASEAN yang kenaikan inflasi medisnya hanya satu digit. Yang lain kebanyakan dua digit,” kata  Budi dalam konferensi pers kinerja industri asuransi jiwa Januari—September 2024 pada Jumat (29/11/2024) di Jakarta. 

Budi menyoroti potensi dampak kenaikan klaim kesehatan yang terus-menerus meningkat hingga 20–30% setiap tahun. Menurutnya, kondisi ini dapat membuat perusahaan asuransi kesulitan memenuhi kewajiban pembayaran klaim. Ia juga mengkhawatirkan apabila beban tersebut sepenuhnya dialihkan ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, maka badan publik tersebut berisiko mengalami tekanan finansial yang berat.

Budi juga menyoroti pentingnya menjaga keseimbangan antara asuransi sosial dan produk asuransi tradisional. Menurutnya, masyarakat yang mampu sebaiknya mengandalkan asuransi swasta untuk meringankan beban BPJS Kesehatan yang difokuskan bagi masyarakat kurang mampu.

Di sisi lain, Ketua Bidang Kanal Distribusi dan Inklusi Tenaga Pemasar AAJI, Elin Waty, menekankan bahwa AAJI telah membentuk tim kerja khusus untuk mencari solusi terhadap lonjakan klaim kesehatan. Tim tersebut melibatkan dokter, ahli underwriting, dan bagian klaim untuk mengidentifikasi berbagai faktor penyebab.

“Memang kenaikan klaim ini kan ada beberapa faktor, satu inflasi yang tidak bisa kita pungkiri, yang kedua adalah edukasi masyarakat, dan yang ketiga adalah pelayanan rumah sakitnya [overtreatment],” kata Elin.

Elin menambahkan masalah ini juga menjadi perhatian negara-negara ASEAN lainnya. Untuk pertama kalinya, ASEAN Insurance Council membentuk komite khusus mengenai kesehatan, yang dipimpin oleh dokter asal Indonesia.

“Jadi sebenarnya masalah kesehatan ini tidak hanya dialami oleh Indonesia tapi dihadapi oleh semua negara ASEAN dengan kombinasi yang sama antara inflasi, edukasi masyarakatnya, dan juga edukasi dari pusat pelayanan kesehatannya,” tambah Elin.

Elin menyatakan bahwa AAJI akan terus berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Kesehatan untuk mencari strategi terbaik menghadapi tantangan ini. Langkah kolaboratif tersebut diharapkan mampu menekan laju kenaikan klaim kesehatan sekaligus menjaga keberlanjutan industri asuransi.

“Dari sisi industri kami juga mendorong perusahaan untuk mengedukasi masyarakat khususnya para pemegang polis atas kondisi yang terjadi saat ini. Melalui berbagai kolaborasi tersebut, pelayanan medis oleh perusahaan diharapkan tidak hanya semakin efisien melainkan juga semakin memperluas cakupan perlindungan masyarakat,” ungkapnya. 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper