Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah bank telah merilis laporan keuangan bulanan pada Oktober 2024, yang artinya tinggal tersisa 2 bulan lagi untuk memastikan kinerja bisnis perusahaan dapat ditutup dengan capaian optimal. Seiring kinerja positif ini, terjadi sedikit pergeseran klasemen bank jumbo dengan raupan laba terbesar di Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan, PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA (BBCA) mencatatkan laba bersih Rp46,23 triliun pada Oktober 2024, dengan pertumbuhan sebesar 14,91% year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp40,23 triliun.
Adapun, capaian laba ini terdorong pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 9,11% yoy mencapai Rp63,66 triliun dari sebelumnya Rp58,35 triliun. Pertumbuhan ini menjadikan BCA sebagai bank dengan kenaikan laba tertinggi di kelompoknya dan menjadi peraih laba terbesar di antara bank jumbo lainnya.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, pada prinsipnya BCA terus menjajaki berbagai kesempatan untuk melakukan penyaluran kredit ke berbagai segmen, serta memperkuat platform perbankan transaksi secara berkelanjutan guna memperkokoh pendanaan.
“Ke depan, sejalan dengan perkembangan kondisi ekonomi, BCA akan senantiasa mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, dengan senantiasa mempertimbangkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan dinamika makro ekonomi domestik maupun global,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga berupaya menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.
Baca Juga
Di posisi kedua adalah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI (BBRI) yang membukukan laba sebesar Rp45,73 triliun pada Oktober 2024, meningkat 5,31% yoy dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp43,42 triliun pada Oktober 2023. Besaran laba ini menjadi yang paling tinggi di antara kelompok bank milik pemerintah lainnya.
Adapun, NII BRI mencapai Rp92 triliun pada Oktober 2024, naik tipis 1,58% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp90,58 triliun pada Oktober 2023.
Sementara itu, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menempati urutan ketiga dengan raihan laba, yakni sebesar Rp43,06 triliun, naik 6,29% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp40,51 triliun pada Oktober 2023. Pada saat yang sama, NII Mandiri naik 4,93% yoy menjadi Rp62,22 triliun pada Oktober 2024.
Di posisi selanjutnya ada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (BBNI) dengan laba Rp18,07 triliun per Oktober 2024, tumbuh 4,29% yoy dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp17,33 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Laba BBNI tersebut dijaga tetap tumbuh meskipun NII bank terkoreksi 5,07% yoy menjadi Rp32,25 triliun pada Oktober 2024 dari Rp33,98 triliun pada Oktober 2023.
Menilik laporan keuangan perseroan, salah satu yang menopang laba BBNI itu, yakni pendapatan lainnya yang tumbuh cukup signifikan hingga 24,77% yoy menjadi Rp4,75 triliun dari posisi pada periode yang sama di tahun sebelumnya Rp3,8 triliun.
Sementara itu, BNI memproyeksikan pendapatan bunga bersih (NII) perseroan baru akan membaik pada kuartal II/2025.
Meskipun Bank Indonesia (BI) telah menurunkan suku bunga acuan menjadi 6% pada September 2024, akan tetapi perlu jeda waktu sebelum perubahan suku bunga tersebut memengaruhi kinerja perbankan.
“Suku bunga turun, NII harusnya membaik karena cost-nya harus turun. Tapi lagi-lagi saya bilang, mungkin akan membaik di kuartal II tahun depan lah,” ujar Direktur Utama BNI Royke Tumilaar.
Menurutnya, era suku bunga tinggi telah menyebabkan kenaikan beban bunga bank, sementara itu pada saat yang sama pendapatan bunga tetap stabil lantaran suku bunga kredit yang sulit dinaikkan. Akibatnya, cost terus meningkat tanpa diimbangi oleh kenaikan pendapatan yang sepadan.
“Sekarang kan cost-nya mulai bergerak turun. Jadi NII makin membaik,” ungkapnya.