Bisnis.com, JAKARTA— PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) melaporkan lonjakan signifikan dalam penggunaan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater di Tanah Air.
Direktur Komersial IdScore Wahyu Trenggono mengungkapkan nilai portofolio BNPL tumbuh sebesar 22,65% secara tahunan (year-on-year/yoy), mencapai Rp33,84 triliun per Oktober 2024. Wahyu juga menyampaikan bahwa jumlah fasilitas BNPL mengalami kenaikan sebesar 21,85% yoy di periode yang sama.
“Pertumbuhan ini juga terlihat dari peningkatan sebanyak 2,44 juta jumlah debitur dari Oktober 2023 ke Oktober 2024,” kata Wahyu kepada Bisnis, Selasa (31/12/2024).
Pertumbuhan ini jauh melampaui laju pertumbuhan ekonomi nasional, yang hanya mencatat kenaikan 9,10% dari sisi jumlah fasilitas dan 10,34% dari total portofolio.
Menariknya, di tengah pesatnya penyaluran pinjaman paylater, Wahyu mencatat terjadi penurunan tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) pada produk BNPL dalam 3 bulan terakhir. Per Oktober 2024, kredit macet untuk BNPL tercatat sebesar 2,14% dari total kredit BNPL.
“Tren NPL baru mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir, mengindikasikan adanya perbaikan kualitas debitur,” kata Wahyu.
Baca Juga
Sebagai perbandingan, tingkat kredit macet paylater di Indonesia secara umum stabil di angka 3,44% sepanjang tahun terakhir. Sebelumnya, NPL untuk BNPL sempat berada di kisaran 5% atau lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri secara keseluruhan.
Lebih lanjut, Wahyu mengungkapkan bahwa debitur dengan kontribusi terbesar terhadap kredit macet di produk paylater berasal dari kelompok usia 30-40 tahun sebesar 35,65%. Disusul oleh kelompok usia 20-30 tahun, dan kemudian 40-50 tahun.