Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) menanggapi pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang menyebut bank emas dapat dimanfaatkan untuk menabung biaya haji.
Direktur Sales & Distribution BRIS Anton Sukarna mengatakan kecenderungan peningkatan harga emas dapat menjadi salah satu solusi untuk rencana jangka panjang, contohnya untuk ibadah haji.
Dia menjelaskan, beberapa keuntungan keuntungan investasi emas, antara lain nilai aset kuat yang di tengah ketidakpastian kondisi pasar. Selain itu, harga emas juga cenderung konsisten meningkat dan memiliki likuiditas tinggi.
"Investasi emas bisa menjadi solusi untuk kesiapan pelunasan ibadah haji yang masa tunggunya 15-20 tahun. Hal ini karena nilai emas terus naik tiap tahunnya," kata Anton dalam media briefing di Jakarta pada Rabu (5/3/2025).
Anton mengatakan, pihaknya memproyeksikan harga ibadah Haji dari 2023 sampai 2026 akan meningkat secara bertahap.
Dia menjelaskan, berdasarkan proyeksi BRIS, biaya haji pada 2023 adalah sebesar Rp49,8 juta dan membutuhkan investasi emas sebesar 55,3 gram. Biaya haji pada 2024 kemudian naik menjadi Rp55,6 juta sehingga akan membutuhkan investasi emas sebesar 42,7 gram.
Selanjutnya, pada 2025 harga ibadah haji diprediksi sebesar Rp60,2 juta yang akan membutuhkan tabungan emas seberat sekitar 37,6 gram. Adapun, pada 2026 biaya haji akan meningkat menjadi Rp65,2 juta dengan proyeksi kebutuhan tabungan emas sebesar 32,6 gram.
"Berat emas yang diperlukan akan semakin kecil seiring dengan proyeksi kenaikan harga ini. Sehingga, kalau masyarakat yang punya uang lebih dan tidak dipakai, bisa mempertimbangkan menabung emas untuk biaya haji," jelasnya.
Dia menambahkan, menyimpan dana haji di bank emas bisa menjadi salah satu langkah mitigasi risiko yang dapat dilakukan ke depannya. Hal tersebut agar tidak ada lagi selisih biaya haji yang terlalu jauh.
Anton melanjutkan, emas menjadi komoditi yang akan terus dikembangkan perseroan sebagai new game changer di industri perbankan syariah. Hal tersebut didasari potensi dan peluang pengembangan alternatif bisnis yang memberikan nilai investasi bagi masyarakat.
"Diresmikannya BSI sebagai salah satu entitas yang menjalankan bisnis bank emas berpotensi memberikan manfaat untuk masyarakat, industri, dan pertumbuhan perekonomian nasional melalui optimalisasi ekosistem ekonomi syariah,” ujarnya.
Anton memaparkan, peluang untuk mengembangkan pasar emas Indonesia juga sangat besar, karena permintaan emas per kapita Indonesia masih terendah di Asia Tenggara, 0,16 gram per orang.
Di sisi lain, mengacu pada kajian McKinsey, emas yang beredar di masyarakat Indonesia mencapai 1.800 ton, dari sektor hulu ke hilir.
Sementara itu, jumlah emas batangan diproyeksikan sebesar 321 Ton yang merupakan aset yang dapat dimonetisasi. Jumlah ini berpotensi untuk terus meningkat mengingat Indonesia memiliki potensi cadangan emas Indonesia nomor 6 terbesar di dunia setara dengan 2.600 ton.
Di sisi lain, Indonesia termasuk dalam negara top 10 produsen emas global yang memproduksi sekitar 100 ton emas pada 2020.
Menurut Anton, melalui usaha bank emas, BSI dapat menangkap nilai ekonomi di seluruh rantai pasok emas, memonetisasi aset emas yang kurang produktif, dan memberikan kemudahan alternatif investasi syariah.