Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Krom Bank (BBSI) Pilih Pertahankan Bunga Deposito Tinggi saat Saham Perbankan Loyo

Krom Bank (BBSI) mempertahankan bunga deposito hingga 8,75% p.a., untuk menjaga daya saing dan keuntungan optimal bagi nasabah.
Logo Krom Bank Indonesia tampak di depan kantor pusat PT Krom Bank Indonesia Tbk. di Bandung, Jawa Barat. /bankbisnis.id
Logo Krom Bank Indonesia tampak di depan kantor pusat PT Krom Bank Indonesia Tbk. di Bandung, Jawa Barat. /bankbisnis.id

Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena anjloknya harga saham emiten-emiten di sektor perbankan justru menjadi pelecut bagi PT Krom Bank Indonesia Tbk. (BBSI) untuk mengambil momentum meraup kepercayaan nasabah dan investor, salah satunya dengan mempertahankan bunga tinggi untuk menjaga daya saing.

Presiden Direktur Krom Bank Anton Hermawan mengakui bahwa setiap perbankan harus putar otak lebih keras untuk menghadapi tantangan sepanjang periode 2025 yang menurutnya banyak didominasi faktor-faktor eksternal. 

"Industri perbankan tahun ini menghadapi tantangan kompleks, seperti ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi suku bunga yang memengaruhi stabilitas pasar keuangan," ujarnya kepada Bisnis, dikutip Kamis (20/5/2024).

Namun, pihaknya tetap optimistis, sehingga momentum ini justru waktu yang tepat untuk lebih fokus pada menjaga daya saing, lewat manajemen likuiditas yang kuat dan pengembangan produk yang relevan untuk bersaing dengan kompetitor.

Selain itu, pihaknya juga memilih strategi perluasan akses keuangan bagi segmen ritel dan UMKM, percepatan proses kredit melalui teknologi, serta penguatan kemitraan strategis untuk meningkatkan volume transaksi dan basis nasabah. 

"Salah satunya, Krom Bank juga mempertahankan bunga deposito hingga 8,75% p.a., untuk menjaga daya saing dan keuntungan optimal bagi nasabah, dengan fleksibilitas tinggi dalam pengelolaan aset dan likuiditas untuk beradaptasi dengan dinamika pasar," tambahnya.

Selain dari sisi likuiditas, Anton mengakui bahwa efisiensi operasional dan pengelolaan risiko yang ketat juga menjadi kunci untuk menjaga kinerja positif pada 2025 di tengah berbagai tantangan yang menghadang.

Pihaknya percaya bahwa pertumbuhan laba bersih bisa tetap terjaga dengan mengoptimalkan struktur pendanaan, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperluas basis nasabah melalui inovasi produk dan layanan. 

Oleh karena itu, perbankan bagian FinAccel Teknologi Indonesia alias Grup Kredivo ini menargetkan pertumbuhan kredit yang sehat dengan fokus peningkatan pertumbuhan di setiap sektor konsumsi, ritel, dan UMKM. 

Terlebih, dengan kemampuannya mengedepankan proses digitalisasi, Krom Bank optimistis dapat meningkatkan akses kredit serta mempercepat proses persetujuan kredit.

"Hingga kuartal III/2024, penyaluran kredit Krom Bank yang tumbuh mencapai 93,06%, tepanya menjadi Rp3,54 triliun pada September 2024 dari Rp1,83 triliun pada Desember 2023. Kendati demikian, Krom Bank tetap mempertahankan kesehatan portofolio perusahaan melalui prinsip kehati-hatian," jelas Anton. 

Pada akhirnya, kepercayaan nasabah dapat terus meningkat apabila didukung oleh strategi manajemen likuiditas yang solid dan pertumbuhan bisnis yang konsisten. Terlebih, pada kuartal III/2024, Krom Bank telah membuktikannya lewat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tembus 541%.

"DPK kami dari sebelumnya Rp347,5 miliar pada Desember 2023 menjadi Rp2,22 triliun pada September 2024. Berkaca pada hal tersebut, Krom Bank optimis dapat menjaga pertumbuhan laba bersih dan berorientasi pada profitabilitas yang berkelanjutan," tutupnya.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae menjelaskan bahwa penurunan saham perbankan lebih banyak terdampak aksi jual investor asing, baik dipengaruhi faktor eksternal, maupun internal dalam negeri.

Kondisi eksternal secara umum dipengaruhi perlambatan ekonomi dan pasar keuangan global, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) akibat kebijakan Presiden Trump, serta potensi rezim suku bunga tinggi The Fed yang akan bertahan lebih lama dari ekspektasi.

"Selain itu, penguatan mata uang dolar AS pasca Pemilu AS mempengaruhi view investor terhadap aset-aset berdenominasi rupiah, termasuk saham-saham blue chip seperti saham perbankan," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis.

Sementara itu, dari sisi kondisi internal, antara lain dipengaruhi kondisi likuiditas pasar dalam menyikapi kondisi perekonomian global dan domestik yang masih belum stabil, serta masih lemahnya daya beli masyarakat.

"Menghadapi situasi penurunan harga saham tersebut, para perbankan tetap optimis bahwa fokus pada kinerja fundamental yang solid dan tata kelola yang baik akan menjaga kepercayaan investor, baik domestik maupun internasional," tambahnya

Selain itu, OJK senantiasa mengimbau industri perbankan untuk meningkatkan transparansi dan komunikasi yang proaktif kepada investor ritel maupun insititusi untuk meminimalisasi asimetri informasi serta valution gap antara kinerja yang telah dicapai dengan persepsi market. 

"Maka, dengan strategi yang terarah, serta pengelolaan risiko yang prudent, perbankan Tanah Air dapat menjaga pertumbuhan yang stabil di tengah dinamika kondisi perekonomian global dan domestik, sekaligus memperkuat posisi sebagai pilar utama sektor perekonomian nasional," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper