Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Laba 8 Bank Konglomerat: BCA Terdepan, PNBN-MEGA Berkejaran

Sejumlah bank milik konglomerat mencatatkan kinerja ciamik pada 2024, dengan BCA terdepan. Beberapa emiten bank mengalami tekanan kinerja.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bank Milik Anthoni Salim, Hary Tanoe, hingga Dato' Sri Tahir

Bank INA

PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) atau Bank INA, milik taipan Anthoni Salim membukukan laba bersih Rp81,85 miliar sepanjang 2024.

Capaian itu terkoreksi 60,6% dibandingkan laba bersih sebesar Rp207,88 miliar pada tahun sebelumnya.

Pendapatan bunga bersih Bank INA tercatat sebesar Rp713,06 miliar pada tahun lalu, meningkat tipis 0,44% (YoY) dari Rp709,97 miliar pada tahun sebelumnya.

Bank MNC

PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo membukukan laba bersih Rp74,85 miliar pada 2024. Realisasi itu turun 3,94% YoY dari Rp77,92 miliar pada 2023.

Pendapatan bunga bersih Bank MNC turun 13,05% dari Rp630,89 miliar pada 2023 menjadi Rp548,58 milair pada 2024.

Namun demikian, kerugian penurunan nilai aset keuangan alias impairment Bank MNC berhasil turun 56,74%, dari Rp96,56 miliar pada 2023 menjadi Rp41,77 miliar pada 2024.

Bank Mayapada

PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik konglomerat Dato' Sri Tahir membukukan laba bersih Rp25,57 miliar pada 2024, tumbuh 15,7% secara tahunan.

Berdasarkan laporan keuangannya, capaian itu didorong oleh pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp2,58 triliun atau tumbuh 20,16% sepanjang tahun lalu.

Penyaluran kredit Bank Mayapada mencapai Rp106,53 triliun, tumbuh 2,9%. Di sisi simpanan, DPK yang dihimpun Bank Mayapada mencapai Rp126,37 triliun atau naik 8,38% secara tahunan.

Bank Sampoerna

PT Bank Sahabat Sampoerna, bank milik keluarga taipan Sampoerna membukukan laba bersih senilai Rp15 miliar pada 2024, turun 75,74% secara tahunan (YoY) dari Rp62 miliar pada 2023.

Salah satu penyebab penurunan itu adalah adanya beban penurunan nilai aset keuangan (impairment) yang naik 35% YoY menjadi Rp281 miliar pada tahun lalu. Direktur Finance & Business Planning Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan antisipasi penurunan kualitas kredit yang disalurkan.

“Dengan demikian, rasio kredit bermasalah terhadap keseluruhan pinjaman bruto [gross non performing loan/NPL] dijaga pada tingkat 3,8%, dengan NPL neto 2,0%,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (9/4/2025).

Halaman
  1. 1
  2. 2
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper