Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan pergadaian makin semarak seiring dengan jumlah gadai swasta yang bertambah menjadi 200 perusahaan per Mei 2025. Dalam lanskap industri ini, PT Pegadaian (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan gadai milik negara.
Direktur Utama Pegadaian Damar Latri Setiawan mengatakan posisi Perseroan menghadapi 200 perusahaan pergadaian swasta di pasar gadai adalah kolaborasi sekaligus kompetisi.
"Pegadaian memilih untuk melakukan keduanya, di satu sisi kita dapat berkolaborasi untuk mengedukasi dan memperluas pasar. Namun, di sisi yang lain kita tetap berupaya untuk memberikan penawaran terbaik agar menjadi pilihan utama nasabah," kata Damar kepada Bisnis, Selasa (22/7/2025).
Damar melihat penambahan jumlah pemain gadai swasta ini sebagai indikasi bahwa pasar gadai, yang seringkali dinilai sudah old school, ternyata masih sangat menarik dan dibutuhkan oleh masyarakat. Menurutnya, pemain-pemain baru ini tentunya tidak akan masuk ke pasar apabila tidak yakin dengan potensi yang ada.
Namun, di sisi lain, Damar memahami bahwa penambahan kompetitor gadai swasta ini tentunya memberikan tantangan bagi Pegadaian untuk menjaga kinerja perusahaan. Sebagai pionir dan market leader di industri gadai, menurutnya Pegadaian semakin memiliki kewajiban untuk mempertahankan dan memperbesar pasar melalui transformasi dan inovasi pada fitur dan layanan.
"Bertambahnya kompetitor justru menjadi pemacu untuk kami lebih proaktif dalam bisnis dan semakin berupaya untuk mengedukasi nasabah mengenai produk gadai," tegas Damar.
Baca Juga
Evaluasi yang dilakukan Pegadaian menunjukkan bahwa saat ini hanya sekitar satu per tiga masyarakat yang sudah familiar dengan gadai. Sisanya, masih terdapat dua per tiga masyarakat Indonesia yang dapat diedukasi. Damar berharap semakin banyaknya pemain di industri gadai membuka peluang untuk dapat berkolaborasi dan melakukan edukasi bersama.
Merujuk kinerja industri secara agregat, penyaluran pinjaman gadai per Mei 2025 tumbuh 33,23% (year on year/YoY) menjadi Rp103,36 triliun, dengan proporsi penyaluran pinjaman terbesar dari Pegadaian mencapai 96,59%.
Prospek Bisnis Pegadaian
Meski tidak menyebutkan angka, Damar memastikan kinerja Pegadaian pada semester I/2025 mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Pertumbuhan tersebut didukung oleh tingginya pertumbuhan produk gadai, baik konvensional maupun syariah. Produk gadai yang merupakan core business Pegadaian masih menjadi yang paling diminati masyarakat.
Damar menegaskan Pegadaian juga terus berkomitmen untuk menjawab kebutuhan masyarakat melalui produk dan layanannya, khususnya produk gadai. Tidak hanya gadai emas, berbagai produk gadai di Pegadaian antara lain gadai elektronik, gadai kendaraan, gadai tabungan emas, gadai sertifikat, hingga gadai efek.
Khusus pada lini bisnis produk emas, Damar mengatakan Pegadaian juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada semester I/2025 ini. Kinerja ini terus membaik didorong oleh peningkatan harga emas dan hadirnya layanan bank emas pegadaian atau kegiatan usaha bulion.
"Sejak diresmikan pada Februari 2025 lalu, kinerja layanan bank emas pegadaian menunjukkan kinerja yang gemilang, terutama deposito emas yang menjadi favorit masyarakat," terangnya.
Sementara pada lini bisnis mikro, Damar mengatakan kinerja Pegadaian semakin membaik didukung penyehatan kualitas kredit, termasuk juga didukung oleh sinergi Pegadaian bersama BRI dan PNM melalui holding ultramikro yang semakin memperkuat dan memperluas pasar Pegadaian.
Berbicara ihwal prospek pergadaian di tengah kompetisi pasar yang semakin ketat, Damar menjabarkan ada dua faktor utama yang saling berkaitan dalam prospek industri gadai.
Pertama adalah tren harga emas. Saat ini, pangsa pasar gadai emas masih paling besar dibanding agunan lain. Ketika harga emas naik, masyarakat akan berusaha menahan kepemilikan emasnya sehingga menjadi peluang bagi gadai. Namun, saat kenaikan harga emas sangat tinggi, pada satu titik masyarkat akan mempertimbangkan untuk menjual karena dianggap lebih menguntungkan.
Kedua adalah kondisi ekonomi. Saat kondisi ekonomi menurun, Damar melihat ini saatnya pasar gadai memiliki peluang untuk tumbuh karena bank cenderung lebih berhati-hati dalam memberikan pinjaman. Namun, bila kondisi ekonomi menurun dalam jangka waktu panjang, pasar gadai pun akan menghadapi tantangan.
Damar menjelaskan bahwa pada dasarnya kebutuhan untuk gadai bergantung pada optimisme nasabah dapat membayar pinjamannya sehingga emasnya atau agunannya yang digadaikan dapat mereka tebus.
"Saat kondisi ekonomi menurun dalam jangka waktu lama, optimisme ini hilang sehingga nasabah gadai bisa saja memilih untuk menjual asetnya, atau bahkan nasabah yang sudah gadai akan merelakan agunannya dilelang," pungkasnya.