Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) alias BCA akan merilis kinerja keuangan kuartal I/2025 pada Rabu (24/1/2025). Konsensus analis memprediksi bahwa pendapatan maupun laba bersih bank swasta milik Grup Djarum ini bertumbuh positif.
Mengutip data Terminal Bloomberg, pendapatan alias revenue BCA diprediksi mencapai Rp28,11 triliun hingga Maret 2025, meningkat dari realisasi sebesar Rp23,78 triliun pada Maret 2024.
Lebih lanjut, laba bersih BCA diproyeksikan mencapai Rp14,01 triliun pada tiga bulan pertama tahun ini, dengan laju pertumbuhan sekitar 8,78% dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp12,88 triliun.
Hingga Februari 2025, BCA membukukan laba bersih bank only sebesar Rp8,98 triliun, tumbuh 8,43% (year on year/YoY) dari Rp8,28 triliun pada Februari 2024.
BBCA ini telah menyalurkan kredit senilai Rp900,66 triliun pada Februari 2025, tumbuh 13,98% secara tahunan dari Rp790,19 triliun. Aset BCA pun naik 4,30% (YoY), dari Rp1.368,6 triliun menjadi Rp1.427,41 triliun.
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BCA tercatat sebesar Rp1.17,67 triliun per Februari 2025, tumbuh 3,89% (YoY) dari Rp1.075,77 triliun per Februari 2024.
Baca Juga
Pendanaan BCA ditopang dana murah alias current account saving account (CASA) yang mencapai Rp921,51 triliun per bulan kedua tahun ini. Porsi dana murah ini mencapai 82,45% dari keseluruhan simpanan.
Prospek Saham BBCA
Analis yang dihimpun Bloomberg juga memberikan proyeksi positif terkait kinerja saham BBCA. Sebanyak 32 dari 36 analis masih merekomendasikan beli, sementara 4 lainnya merekomendasikan tahan atau hold.
Target harga rerata saham BBCA dipatok pada level Rp11.287 dalam 12 bulan ke depan.
Pada perdagangan Selasa (22/4/2025), BBCA parkir di zona hijau 2,41%, naik 200 poin dan ditutup pada level 8.500. Artinya terdapat peluang keuntungan atau gain hingga 32,7% dari harga saham BBCA saat ini ke level target rata-rata 12 bulan ke depan.
Adapun, market cap atau kapitalisasi pasar BBCA mencapai Rp1.037 triliun.
Kinerja harga saham BBCA cenderung fluktuatif dalam beberapa waktu terakhir. Dalam sepekan, saham bank swasta terbesar di Tanah Air ini minus 0,87%, menguat 6,92% dalam jangka waktu satu bulan, dan melemah 11,46% dalam tiga bulan ke belakang.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.