Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Generasi Baby Boomers jadi Penyumbang Terbesar Kredit Macet Paylater

Secara nominal, penyaluran kredit paylater atau BNPL pada Februari 2025 mencapai Rp36,24 triliun, tumbuh 27,65% YoY.
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik
Ilustrasi seseorang menggunakan fitur paylater. Dok Freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Pefindo Biro Kredit (IdScore) mencatat bahwa generasi baby boomers atau masyarakat berusia 55 tahun ke atas menjadi kelompok usia dengan kontribusi tertinggi terhadap kredit macet atau nonperforming loan (NPL) paylater atau buy now pay later (BNPL).

Direktur Utama IdScore Tan Glant Saputrahadi mengatakan rendahnya literasi digital di kalangan kelompok usia ini dinilai menjadi salah satu penyebab utama.

“Usia dengan penyumbang kredit macet tertinggi adalah usia yang masuk di generasi baby boomers [55 tahun]. Salah satu alasannya, generasi baby boomers cenderung kurang akrab dengan teknologi digital,” kata Tan Glant kepada Bisnis pada Rabu (23/4/2025). 

Tan Glant mengatakan rendahnya literasi tersebut terutama dalam hal seperti aplikasi mobile banking atau fintech, penggunaan e-wallet atau paylater, sistem pembayaran otomatis, pemantauan histori kredit atau skor kredit online. Akibatnya, lanjut dia, mereka kurang memantau dan mengelola pinjaman mereka secara real-time, sehingga potensi gagal bayar meningkat. 

Pernyataan tersebut sejalan dengan tren pertumbuhan pesat layanan Buy Now Pay Later (BNPL) di Indonesia yang kini banyak digunakan oleh berbagai lapisan usia. Berdasarkan data IdScore, total debitur BNPL per Februari 2025 tercatat mencapai 17,26 juta debitur, meningkat 25,53% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY).

Secara nominal, penyaluran kredit BNPL pada Februari 2025 mencapai Rp36,24 triliun atau tumbuh 27,65% YoY. Rata-rata plafon BNPL per bulan tercatat sebesar Rp994 ribu. 

Sementara itu, rasio kredit macet BNPL atau nonperforming financing (NPF) per Februari 2025 tercatat sebesar 4,05%, membaik 0,19% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, berdasarkan data historis IdScore, tren NPL biasanya meningkat pada dua bulan setelah momentum Ramadan.

Adapun definisi BNPL versi IdScore merujuk pada pinjaman kredit dengan keterangan Paylater atau kredit dengan kode jenis pembiayaan Paylater/Paylater-Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI), dengan plafon kredit maksimal Rp1 juta, tenor maksimal 24 bulan, untuk tujuan konsumsi, bukan kartu kredit, dan tanpa agunan.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat lonjakan signifikan pada pembiayaan BNPL yang disalurkan oleh perusahaan pembiayaan atau multifinance. 

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan OJK, Agusman, menyatakan bahwa hingga Februari 2025, pembiayaan BNPL telah mencapai Rp8,2 triliun, tumbuh 59,1% yoy.

“Untuk pembiayaan buy now pay later atau BNPL oleh perusahaan pembiayaan pada Februari 2025 tercatat meningkat sebesar 59,1% year on year atau menjadi Rp8,2 triliun,” kata Agusman dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, Jumat (11/4).

Namun, di tengah pertumbuhan tersebut, kualitas kredit tercatat mengalami tekanan. Hal ini tercermin dari kenaikan rasio NPF gross dari 3,37% pada Januari menjadi 3,68% pada Februari 2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper