Bisnis.com, JAKARTA — PT Reasuransi Maipark Indonesia atau Maipark tengah menyiapkan strategi besar untuk memenuhi ketentuan permodalan reasuransi tahap kedua yang ditetapkan regulator pada 2028.
Direktur Utama Maipark, Kocu Andre Hutagalung, mengungkapkan perusahaan menargetkan ekuitas sebesar Rp2 triliun, naik signifikan dari posisi saat ini yang mendekati Rp800 miliar.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 23 Tahun 2023, batas ekuitas modal minimum perusahaan reasuransi konvensional akan naik signifikan, dari semula Rp200 miliar menjadi Rp500 miliar pada 2026. Kemudian, pada 2028, perusahaan reasuransi wajib memiliki ekuitas minimum sebesar Rp1 triliun untuk Kategori Perusahaan Perasuransian dengan Ekuitas 1 (KPPE 1) dan Rp2 triliun untuk KPPE 2.
“Permodalan saat ini sekitar hampir Rp800 miliar. Berarti tahap pertama ekuitas untuk reasuransi sudah kami lewati. Tinggal ke tahap kedua yaitu Rp2 triliun pada 2028. Kami punya rencana, kami yakin kami bisa penuhi Rp2 triliun itu. Kami bagi menjadi dua tahapan. Tahapan pertama adalah capai Rp1,1 dan tahapan kedua tambahan Rp900 miliar,” kata Kocu ditemui usai acara Maipark Award 2025 and Maipark Economic Capital 2025 di Jakarta pada Selasa (6/5/2025).
Berdasarkan laporan keuangan (audited) 2024, Maipark mencatatkan ekuitas Rp773 miliar, tumbuh 6,6% dibandingkan Rp725 miliar pada 2023. Untuk mencapai target Rp1,1 triliun, Kocu mengatakan Maipark mengandalkan pertumbuhan organik dengan target pertumbuhan dua digit tiap tahun.
Namun, untuk tambahan Rp900 miliar yang harus dicapai pada 2028, Maipark membuka opsi penerbitan obligasi sebagai alternatif penguatan modal.
Baca Juga
“Nah yang menjadi persoalan yang sisa Rp900 miliar ini. Rp1,1 triliun itu pada 2027 akhir, tapi kan kami harus Rp2 triliun. Berarti dalam 2028 kami harus nyari Rp900 miliar. Nah ini yang menjadi persoalan,” ujarnya.
Pihaknya menyadari masih menanti kemungkinan adanya penyetoran modal dari pemegang saham atau calon investor. Namun, jika pada akhirnya opsi penerbitan obligasi yang harus ditempuh, Kocu memastikan langkah tersebut akan dilakukan secara fleksibel, baik dalam satu kali penerbitan maupun bertahap sesuai dengan kebutuhan pendanaan.
Dia optimistis instrumen ini akan menarik minat investor karena Maipark mencatatkan profit yield dan underwriting yield yang tinggi.
“Profit yield dan underwriting yield Maipark itu tinggi. Kami punya profit yield itu sampai hampir bisa sampai 20%. Jadi sangat tinggi profit yield Maipark itu. Nah ini kami yakin, pasti akan menarik investor,” tegas Kocu.
Rencana penerbitan obligasi ini akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahun depan. “Kalau perlu ya RUPSLB. kapanpun ya kalau bisa segera, sepanjang semua orang berebut modal,” tambahnya.
Selain permodalan, Kocu menyebutkan tantangan lain bagi Maipark adalah terbatasnya volume bisnis karena fokus perusahaan pada reasuransi gempa bumi, dengan limit maksimal Rp100 miliar per risiko. Perusahaan tengah mengkaji opsi perluasan cakupan maupun peningkatan batasan limit untuk mendorong pertumbuhan bisnis.
“Volume bisnis nah ini menjadi tantangan Maipark. Kenapa? Karena sesi Maipark itu sangat terbatas pada gempa bumi saja. Dan segment itu ya memang terbatas. Yang kedua sesi ke Maipark itu juga dibatasi oleh limit yaitu maksimum 100 miliar per risk. Nah kami yakin apabila kita bisa merelaksasi batasan ini, maka itu akan segera meningkatkan volume bisnis Maipark,” pungkasnya.