Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rantai Bisnis Halal jadi Peluang Bisnis Asuransi Syariah Raih Cuan

Pemerintah menghitung proyeksi nilai industri halal di Indonesia pada 2025 mencapai US$249 miliar.
Pegawai beraktivitas di dekat logo asuransi syariah dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat logo asuransi syariah dan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) di Jakarta. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah menghitung proyeksi nilai industri halal di Indonesia pada 2025 mencapai US$249 miliar. Angka tersebut merupakan 10% dari total nilai industri halal dunia sebesar US$2.597 miliar.

Erwin Noekman, Pengamat Asuransi sekaligus Dosen Asuransi Syariah di Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) menilai bahwa industri asuransi syariah dapat melihat potensi rantai bisnis halal sebagai sebuah ceruk baru dan sumber pendapatan baru. Menurutnya, banyak pasar di sektor industri halal yang belum tergarap. 

"Dalam sebuah supply-chain management, di mana pengiriman barang baik domestik maupun internasional bagi produk halal seperti kosmetik, sabun atau obat-obatan belum melibatkan kapasitas yang tersedia di asuransi syariah. Padahal, industri halal ini merupakan 'piring' sendiri bagi industri asuransi, bukan mengambil atau merebut piring orang lain [konvensional]," kata Erwin kepada Bisnis, Kamis (8/5/2025).

Namun demikian, potensi tersebut menurut Erwin belum tergarap dikarenakan beberapa kendala, baik kendala internal maupun eksternal. Tantangan itu seperti kurangnya kemampuan SDM yang bekerja di industri asuransi syariah belum sebagaimana di asuransi konvensional yang notabene sebagai perusahaan induknya. 

"Misal di induk, seorang underwriter asuransi pengangkutan (cargo) bisa menjadi spesialis yang khusus mendalami risiko ini saja. Sementara, di asuransi syariah seorang underwriter harus mengelola beberapa bidang [cargo, kendaraan, harta benda, hingga aneka] yang mengakibatkan kurangnya pendalaman atas risiko di suatu risiko tertentu saja," tegasnya.

Kendala berikutnya-yang juga masih berkorelasi dengan masalah SDM-menurutnya adalah keterbatasan optimalisasi kapasitas akseptasi atau underwriting

"Hal lain yang turut berpengaruh adalah risk appetite yang berbeda di pelaku usaha asuransi syariah. Selama beberapa dekade, industri asuransi umum syariah didominasi oleh lini kendaraan bermotor dan harta benda yang mayoritas bersumber dari lembaga pembiayaan atau bank syariah," tandasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper