Bisnis.com, JAKARTA — Langkah sektor perbankan untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) menjadi sorotan di tengah dinamika pasar yang masih diliputi ketidakpastian. Hingga saat ini, belum ada sinyal kuat dari bank yang akan melantai di bursa, meski peluang tetap terbuka.
Bisnis mencatat bahwa IPO bank terakhir terjadi pada tahun 2020, yakni oleh bank digital PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) atau Amar Bank. Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), Bank Amar resmi melantai pada 9 Januari 2020 dengan meraup dana segar Rp209 miliar dari IPO.
Saat itu, Bank Amar melepas 1,2 miliar saham dengan nilai penawaran umum Rp174 per saham. Bahkan saham yang ditawarkan ke publik over subscribe hingga 200%, sehingga perseroan mendapat modal yang cukup baik untuk dapat menembus ambang batas bank umum kelompok usaha (BUKU) II.
Namun, setelah Bank Amar resmi mencatatkan sahamnya di BEI, belum ada lagi bank lain yang melaksanakan IPO hingga kini.
Akhir-akhir ini, berita mengenai rencana bank pembangunan daerah (BPD), seperti Bank DKI, menguat. Namun, belum ada langkah pasti dari perusahaan untuk melaksanakan IPO.
"Belum ada konsultasi atau pernyataan pendaftaran atas IPO Bank DKI, itu apa yang ada sekarang," kata Kepala Eksekutif Pasar Modal, Derivatif Keuangan dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi, dikutip Senin (12/5/2025).
Baca Juga
Sebelumnya, bank digital PT Super Bank Indonesia (Superbank) juga dikabarkan berencana melaksanakan IPO pada tahun ini. Langkah tersebut diperkirakan akan memberikan dorongan positif bagi sektor saham bank digital yang sedang aktif melakukan aksi korporasi.
Mengutip Bloomberg, sumber yang mengetahui rencana itu menyebutkan bahwa Superbank sedang mempertimbangkan pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan target penggalangan dana sebesar US$200 juta hingga US$300 juta.
Superbank juga dilaporkan mengincar valuasi antara US$1,5 miliar hingga US$2 miliar melalui IPO ini. Meski begitu, rencana tersebut masih berada pada tahap awal dan belum ada keputusan final.
Mengenai prospek IPO perbankan, pihak regulator menyoroti sejumlah tantangan sekaligus peluang yang dihadapi sektor perbankan dalam melantai di bursa atau melakukan penawaran umum perdana saham di tengah dinamika pasar global yang fluktuatif.
Inarno menjelaskan bahwa kondisi makroekonomi global yang penuh tekanan serta volatilitas pasar menjadi tantangan signifikan tidak hanya bagi perbankan, tetapi juga bagi calon emiten dari sektor lainnya.
"Timing yang tepat dan valuasi saham yang optimal sangat krusial di tengah gejolak pasar global. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi perusahaan yang ingin melakukan IPO," kata Inarno, dikutip Senin (12/5/2025).
Dia memandang prospek penawaran umum perdana saham IPO di sektor perbankan masih cukup positif. Hal ini seiring dengan kebutuhan bank untuk memperkuat struktur permodalan guna mendukung ekspansi usaha, digitalisasi layanan, serta pengembangan inovasi produk keuangan.
"Prospek IPO perbankan masih terbuka lebar, terutama di tengah kebutuhan bank akan pendanaan untuk menopang pertumbuhan dan transformasi digital," tutur Inarno.
Meski demikian, OJK menekankan bahwa pemenuhan berbagai persyaratan mendasar menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan IPO. Persyaratan tersebut mencakup perlindungan terhadap investor, kesiapan operasional perusahaan, dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.
"Penting bagi calon emiten, khususnya dari sektor perbankan, untuk menunjukkan komitmen terhadap transparansi dan integritas. Hal ini menjadi kunci dalam membangun kepercayaan pasar," sebutnya.