Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ACPI Sambut Program Rumah Subsidi Pemerintah, Percaya Bisa Dongkrak Premi Properti

PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI) menyambut baik hadirnya program rumah subsidi 18 meter persegi yang saat ini sedang disiapkan pemerintah.
Pengunjung melihat denah rumah subsidi 14 meter persegi (M2) di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (16/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat denah rumah subsidi 14 meter persegi (M2) di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Senin (16/6/2025). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan asuransi umum PT Asuransi Cakrawala Proteksi Indonesia (ACPI) menyambut baik hadirnya program rumah subsidi 18 meter persegi yang saat ini sedang disiapkan pemerintah.

Wakil Presiden Direktur ACPI, Nicolaus Prawiro mengatakan bila industri asuransi umum dapat dilibatkan dalam program ini, akan mendongkrak kinerja lini usaha asuransi properti.

"Kami menyambut positif dan mendukung program rumah subsidi ini. Kalau sudah ada kepastian aturan main program rumah subsidi, ini kemungkinan akan membantu meningkatkan pertumbuhan premi asuransi, apalagi didukung oleh lembaga perbankan," kata Nico kepada Bisnis, Rabu (18/6/2025).

Bagi ACPI sendiri, lini usaha properti perusahaan dalam periode Januari-Mei 2025 tumbuh 10% year on year (YoY). Menurutnya, program rumah subsidi bisa menjadi katalis positif yang mendongkrak premi asuransi properti perusahaan asuransi.

"Kami melihat jika program rumah subsidi ini terealisasi maka pasti akan menambah perolehan premi asuransi properti," ujarnya.

Nico mengatakan saat ini ACPI tengah menunggu teknis implementasi program rumah subsidi tersebut. Menurutnya, produk asuransi properti adalah asuransi kerugian biasa yang telah dijual perusahan, sehingga tidak ada persiapan khusus untuk menyambut program pemerintah tersebut.

Hadirnya program rumah subsidi ini menjadi angin segar bagi industri asuransi umum yang dalam kuartal I/2025 mengalami kontraksi. Premi lini usaha asuransi properti dalam kuartal I/2025 turun 14,1% YoY atau Rp1,28 triliun menjadi Rp7,80 triliun.  

Nico melihat kontraksi tersebut salah satunya disebabkan turunnya aktivitas di sektor hunian seperti program Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

"Menurut saya, [kontraksi kuartal I/2025] mungkin pengaruh daya beli yang menurun dan pertumbuhan KPR pada kuartal I/2025 yang tidak setinggi kuartal I/2024," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper