Bisnis.com, JAKARTA - Tiga bank besar menjadi kreditur utama PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), perusahaan logistik milik crazy rich Prajogo Pangestu yang direncanakan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) pada 8 Juli 2025 mendatang.
Dikutip dari prospektus yang diterbitkan di Bisnis Indonesia hari ini, Kamis (19/6/2025), anak usaha PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) itu berecana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan menawarkan harga sebesar Rp170 hingga Rp190 per saham. CDIA akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 12,48 miliar saham biasa dengan nominal sebesar Rp100 per saham. Saham tersebut mewakili 10% saham yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Alhasil dana segar yang berpotensi diraup CDIA adalah maksimal sebesar Rp2,37 triliun. Sedangkan dengan harga maksimum valuasi perseroan saat IPO menjadi sekitar Rp23.7 triliun.
Sebagai informasi, Chandra Daya Investasi membukukan laba bersih sebesar US$32,69 juta per Desember 2024 atau naik dari periode yang sama pada 2023 sebesar US$1,87 juta. Adapun, penjualan CDIA tercatat US$102,25 juta, tumbuh dari posisi yang sama di 2023 sebesar US$75,76 miliar.
Perusahaan tercatat memilki aset US$1,07 miliar. Sedangkan libialitas perseroan tercatat US$328,32 miliar, naik dari posisi US$233,8 juta dolar. Sedangkan aset mencapai US$ 611,54 juta.
Salah satu pengebab lonjakan liabilitas perseroan adalah lonjakan utang di bank yakni dari US$3.855 menjadi US$300.921. Sedangkan utang bank jangka panjang melonjak dari US$195,19 juta menjadi US$289,81 juta.
Dijelaskan dalam prospektus, kreditur terbesar CDI adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang memberikan dua fasilitas pinjaman berjangka (committed loan) masing-masing senilai US$247,49 juta dengan jatuh tempo 31 Maret 2031 dan US$6,81 juta dengan jatuh tempo 23 Desember 2027. Selain itu, Bank Mandiri juga menyediakan fasilitas kredit bergulir (revolving credit facility) sebesar US$618.735 yang belum digunakan, dan jatuh tempo pada 18 September 2025.
Baca Juga
Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) juga menjadi pemberi pinjaman penting melalui sejumlah fasilitas, antara lain fasilitas bank garansi sebesar US$40 juta (dengan sisa plafon belum digunakan senilai US$18,37 juta), fasilitas committed sebesar US$43,28 juta yang telah seluruhnya digunakan, serta fasilitas uncommitted senilai US$3,09 juta yang masih tersedia.
Bank ketiga adalah PT Bank Danamon Tbk. (BDMN). Kredit dari Danamon ditarik berdasarkan Akta Perjanjian Kredit No. 116 tanggal 28 Februari 2025 dengan fasilitas Pinjam Berjangka sebesar Rp2 triliun. Pinjaman ini memiliki tingkat bunga tahunan sebesar JIBOR 3 bulan + persentase tertentu dengan jangka waktu 24 bulan.
Sebagai strategi pembiayaan, CDI berencana menggunakan dana IPO yang ditargetkan maksimal Rp2,37 triliun untuk memperkuat bisnis logistik dan pelabuhan melalui penyertaan modal ke entitas anak di antaranya. Perinciannya, sekitar Rp871.758.125.000 (Rp871,75 miliar) akan disalurkan Perseroan melalui penyetoran modal kepada Perusahaan Anak Perseroan yang termasuk dalam pilar bisnis logistik, yaitu CSI dan MIM. Adapun seluruh dana yang diperoleh CSI akan disalurkan kembali sebagian melalui penyetoran modal kepada CMI dan sisanya akan digunakan untuk pembelian kapal dan pembiayaan operasional. Dana yang diperoleh oleh CMI dan MIM akan digunakan untuk pembelian kapal dan pembiayaan operasional.
Selanjutnya, sekitar Rp1.500.000.000.000 (Rp1,5 triliun) seluruhnya akan disalurkan Perseroan melalui penyetoran modal kepada Perusahaan Anak Perseroan yang termasuk dalam pilar bisnis pelabuhan dan penyimpanan yang kemudian seluruhnya akan disalurkan kembali melalui penyertaan modal ke CCP. Adapun dana yang diperoleh oleh CCP akan digunakan untuk keperluan pembuatan tangki penyimpanan, pipa saluran ethylene dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.