Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) sedang memperkuat strategi penghimpunan dana murah pada semester II/2025, melalui pengelolaan terpusat dan ekspansi ekosistem nasabah.
Direktur Network & Retail Funding BTN Rully Setiawan menyampaikan, Dana Pihak Ketiga (DPK) segmen ritel perseroan mencapai Rp65,65 triliun hingga akhir Mei 2025, atau sekitar 93,5% dari target semester berjalan.
Tabungan institusi masih mendominasi kontribusi DPK BTN. Sementara, pertumbuhan dana ritel individu terutama dari tabungan transaksional memiliki ruang yang besar untuk peningkatan.
“Target dana ritel atau nasabah perorangan itu sekitar Rp3 triliun per bulan, belum termasuk dari UMKM. Tren itu sudah terlihat sejak Juli dan diharapkan pertumbuhannya konsisten,” kata Rully dalam media briefing di Jakarta Selatan, Rabu (6/8/2025).
Adapun, kata dia, pertumbuhan DPK secara keseluruhan ditargetkan sekitar 2% di atas pertumbuhan kredit. Lebih lanjut, Rully menuturkan bahwa penguatan dana murah dilakukan secara terukur dan berbasis eksekusi di lapangan, dengan memusatkan seluruh pengelolaan tabungan, giro, dan deposito ke dalam divisi khusus untuk pendanaan ritel.
Tujuannya, untuk memperkuat fokus pada penghimpunan dana murah yang berkelanjutan melalui produk-produk transaksional yang efisien dari sisi biaya dana atau cost of fund.
Baca Juga
Untuk menopang pertumbuhan dana ritel, Rully menuturkan bahwa BTN mengarahkan fokus pada tiga area strategis. Pertama, menggarap potensi nasabah UMKM dan nasabah payroll berdasarkan pemetaan nasional yang ditindaklanjuti oleh unit kerja di lapangan.
Kedua, memaksimalkan potensi bisnis lokal di sekitar kantor cabang, khususnya dari sektor properti, pendidikan, dan kesehatan.
Terakhir, memperkuat hubungan dengan nasabah eksisting khususnya yang terkait dengan core business BTN di Housing Ecosystem melalui peningkatan kepemilikan produk, termasuk integrasi layanan digital lewat Bale by BTN.
Selain itu, BTN juga akan meluncurkan bisnis Private Banking untuk mendongkrak pendanaan. Bisnis ini menyasar segmen teratas dengan minimal rekening mulai dari Rp15 miliar karena potensinya yang masih sangat besar. Menurutnya dengan strategi ini, perseroan optimistis dapat mendongkrak pertumbuhan dana murah yang lebih sehat dan berkelanjutan.
“Langkah ini bukan hanya soal pencapaian angka, tapi membangun struktur pendanaan yang kokoh dan efisien untuk menghadapi tantangan likuiditas dan dinamika industri perbankan hingga akhir tahun,” pungkasnya.