Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fintech P2P Lending Catat Laba Rp871 Miliar, Modal Rakyat: Sektor Konsumtif Dominan

Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba setelah pajak industri per Maret 2025 tercatat sebesar Rp871,46 miliar.
Warga mencari informasi tentang pinjaman oniline di Jakarta, Rabu (10/1/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Warga mencari informasi tentang pinjaman oniline di Jakarta, Rabu (10/1/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan fintech P2P lending atau pinjaman online mulai mendulang cuan. Berdasarkan statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba setelah pajak industri per Maret 2025 tercatat sebesar Rp871,46 miliar. Periode sebelumnya, industri mencatat rugi setelah pajak Rp27,32 miliar per Maret 2024.

Direktur Utama PT Modal Rakyat Indonesia (Modal Rakyat) Christian Hanggra mengatakan keuntungan yang dicatatkan industri tersebut didominasi oleh perusahaan P2P lending yang basis pinjamannya disalurkan sebagai pinjaman konsumtif. Hal itu setidaknya terpotret dari laporan keuangan setiap perusahaan dalam tahun buku 2024.

"Secara umum jika dilihat dari publikasi laporan keuangan 2024 dari para penyelenggara pindar [pinjaman daring], keuntungan dialami oleh mayoritas penyelenggara sektor konsumtif," kata Christian kepada Bisnis, dikutip Minggu (22/6/2025).

Sedangkan bagi perusahaan yang fokus pada pembiayaan produktif, Christian melihat masih banyak penyelenggara yang mengalami kerugian, walaupun ada juga yang sudah mencatat kinerja positif untuk tahun lalu.

Dia menjelaskan, apa yang sedang dihadapi oleh penyelenggara P2P lending sektor produktif tidak lepas dari faktor ketidakstabilan kondisi ekonomi global dan nasional.

Merujuk kondisi dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2025 hanya tumbuh 4,87% YoY. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan dengan kuartal I/2024 dan kuartal I/2023 yang masing-masing sebesar 5,11% YoY dan 5,04% YoY.

Christian melihat tren perlambatan ekonomi ini masih akan bertahan dalam sisa 2025, sehingga masing-masing perusahaan P2P lending menurutnya perlu memiliki strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan tersebut.

Meski tidak menyebut angkanya, dampak pelemahan ekonomi ini juga memengaruhi kinerja laba Modal Rakyat.

"Untuk kuartal pertama tahun ini kami mengalami penurunan pertumbuhan diakibatkan oleh faktor di atas tadi [perlambatan ekonomi], efek penyaluran kredit yang lebih ketat dan selektif, serta strategi fokus pada profil borrower dengan tingkat risiko yang lebih rendah sehingga dapat memberikan dampak pada EBITDA," ujarnya.

Meski Modal Rakyat sedang dihadapkan pada tantangan pelemahan ekonomi, Christian masih optimistis prospek bisnis P2P lending ke depan tetap menjanjikan, terutama untuk sektor produktif yang belum sepenuhnya terlayani oleh lembaga keuangan konvensional.

Menurutnya, perusahaan fintech P2P lending juga dituntut semakin adaptif dalam menjalankan model bisnis mereka, sejalan dengan kompetisi industri yang semakin ketat dan ketentuan-ketentuan regulasi yang harus dipenuhi.

"P2P lending tetap bisa menguntungkan, namun keberlanjutan bisnis akan sangat bergantung pada operasional yang efisien, kualitas peminjam, serta kemampuan perusahaan menjaga kepercayaan pemberi dana dan regulator," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper