Bisnis.com, JAKARTA — Pemegang saham pengendali sekaligus komisaris PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia menyebut saat ini pihaknya berfokus menjalankan dua langkah penyelesaian gagal bayar yang terjadi pada platform financial technology peer to peer (Fintech P2P) lending alias pinjaman online (pinjol) Akseleran.
Ivan Nikolas Tambunan, Komisaris Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (platform Akseleran), mengungkapkan pihaknya berfokus untuk melakukan penagihan kepada penerima pinjaman yang mengalami gagal bayar senilai Rp178,27 miliar.
Para peminjam gagal bayar itu terdiri dari PT PDB beserta afiliasinya (Rp42,29 miliar) yang merupakan supplier peralatan pertahanan, PT EFI sebagai kontraktor EPC pada proyek pupuk BUMN di Aceh (Rp46,55 miliar), PT ABA dan afiliasinya sebesar Rp15,54 miliar, dan PT IBW sebesar Rp5,25 miliar.
Terdapat dua nasabah lain, yakni PT PPD sebesar Rp59,03 miliar dan PT CPM dan afiliasinya sebesar Rp9,58 miliar. Akan tetapi dua kontrak ini ditengarai terjadi fraud dan perusahaan melakukan pelaporan kepada pihak kepolisian.
"Saat ini kami fokus untuk melakukan penagihan ke penerima pinjaman terkait, serta mencoba untuk mencari investor. Harapannya bisa ada recovery untuk para lenders," kata Ivan saat dihubungi Bisnis, Senin (23/6/2025).
Akseleran sendiri melaporkan per pagi ini, Senin, 23 Juni 2025, memiliki tingkat kelancaran bayar dalam 90 hari (TKB90) berada pada level 44,85%. Artinya, lebih dari separuh nasabah berada dalam kondisi macet di atas 90 hari.
Baca Juga
Tingkat kelancaran nasabah 60 hari (TKB60) juga merosot ke level 32,23%, sedangkan TKB0 alias nasabah yang membayar utangnya tepat waktu tinggal 13,63%.
Lalu siapakah pemilik PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (platform Akseleran)?
Dalam prospektus pencatatan saham perdana PT Akselerasi Usaha Indonesia Tbk (AKSL) disebutkan bahwa perusahaan ini adalah pemilik sekaligus induk usaha entitas PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia (platform Akseleran).
Akselerasi Usaha Indonesia (AKSL), berdasarkan prospektus yang diterbitkan pertengahan 2023 lalu itu, dimiliki oleh 20 pihak. Perusahaan induk ini utamanya dikendalikan oleh para pendiri melalui saham Seri A, yakni Ivan Nikolas Tambunan (16,51%), Mikhail Ramses Asitua Tambunan (9,25%), dan Christopher Joutua (9,25%).
Perusahaan induk ini memiliki empat pemegang saham Seri B yakni Firman dan Susanti dengan kepemilikan masing-masing 1,15%, selanjutnya ada Yonathan Sutiono (0,4%), dan Anggraini Puspita Dewi (0,2%).