Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jumlah Uang Beredar Rp9.406,6 Triliun, Ekonom Bank Permata Sebut Sinyal Baik

Bank Indonesia mencatatUang Primer (M0) adjusted mencapai Rp1.939,1 triliun per Mei 2025, meningkat 14,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pegawai menunjukan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah di Jakarta, Senin (16/6/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah di Jakarta, Senin (16/6/2025). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan jumlah uang beredar (M2) sebesar 4,9% secara tahunan (year on year/YoY) pada Mei 2025 mencerminkan kondisi likuiditas perekonomian yang masih terjaga. Data Bank Indonesia uang beredar (M2) mencapai Rp9.406,6 triliun pada periode ini.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat peningkatan jumlah uang beredar atau M2 yang tercatat tumbuh sebesar 4,9% secara tahunan pada Mei 2025 mengindikasikan bahwa kondisi likuiditas dalam perekonomian secara umum masih terjaga dengan baik.

Peningkatan tersebut turut ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang mencapai 8,1% (YoY), meskipun sedikit melambat dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 8,5%. Selain itu, tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami peningkatan signifikan setelah sempat mengalami kontraksi.

“Penyaluran kredit yang tinggi menunjukkan bahwa sektor riil mulai menggeliat, di mana pelaku usaha dan masyarakat kembali aktif berinvestasi dan berkonsumsi,” kata Josua, Senin (23/6/2025).

Dari sisi konsumsi, survei penjualan eceran pada April-Mei 2025 mencatat peningkatan yang solid. Indeks Penjualan Riil (IPR) Mei 2025 diperkirakan tumbuh 2,6% YoY, didorong oleh belanja barang budaya, rekreasi, dan makanan-minuman. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat mulai pulih.

Optimisme konsumen juga masih terjaga, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di level 117,5. Meskipun sedikit menurun dari bulan sebelumnya, angka ini tetap menunjukkan ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan.

Namun demikian, Josua mengingatkan bahwa ada tantangan yang harus diperhatikan, salah satunya adalah persepsi negatif konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja, yang tercermin dari skor indeks 95,7. “Hal ini menunjukkan adanya ketidakmerataan pemulihan ekonomi di berbagai sektor yang perlu menjadi perhatian otoritas kebijakan,” ujarnya.

Komponen M2 secara rinci terdiri atas uang beredar dalam arti sempit (M1) sebesar Rp5.226,3 triliun atau tumbuh 6,3% (YoY), terutama karena pertumbuhan giro rupiah dan uang kartal yang mencapai Rp1.033,6 triliun (tumbuh 10,7% YoY). Sementara uang kuasi tumbuh 1,5% menjadi Rp4.077,3 triliun, didorong oleh tabungan yang naik 9,4%, meskipun giro valas terkontraksi 2,9%.

Adapun Uang Primer (M0) adjusted mencapai Rp1.939,1 triliun, meningkat 14,5% dibandingkan Mei 2024.

“Meski demikian, pengelolaan kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati tetap diperlukan untuk memastikan bahwa peningkatan likuiditas ini bisa terus mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan tanpa menimbulkan tekanan inflasi yang berlebihan,” pungkas Josua.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper