Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK) hingga dana murah dari rekening giro dan tabungan Current Account Saving Account (CASA) di industri perbankan kian memanas seiring dengan tren perlambatan pertumbuhan dana masyarakat.
Bank-bank pun mulai mengatur siasat, dari penyesuaian produk simpanan hingga inovasi digital, demi menjaga likuiditas dan menekan biaya dana (cost of fund) yang makin menjadi sorotan.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) Efdinal Alamsyah mengatakan, perseroan terus memperkuat strategi penghimpunan dana dengan pendekatan yang adaptif terhadap dinamika pasar.
Untuk tetap menjaga dan meningkatkan pertumbuhan DPK, kata Efdinal, Bank Oke melakukan beberapa strategi antara lain yaitu penawaran produk yang kompetitif dengan menyesuaikan suku bunga simpanan secara selektif, digitalisasi layanan dengan meningkatkan fitur-fitur digital banking seperti mobile banking dan internet banking.
"Ini memudahkan transaksi dan pembukaan rekening secara online, membuat program loyalitas dan kampanye pemasaran dengan membuat berbagai program misalnya program cashback, undian berhadiah, dan bundling produk simpanan dengan produk lain, dll,” kata Efdinal kepada Bisnis.com, Selasa (24/6/2025).
Efdinal menambahkan, Bank Oke menargetkan pertumbuhan DPK di kisaran 6%–8% secara tahunan (year-on-year/YoY) hingga akhir 2025, dengan fokus utama pada peningkatan CASA ratio guna menekan biaya dana. Bank juga memperkuat sinergi lintas unit bisnis, terutama untuk mendorong DPK berbasis transaksi dan payroll.
Baca Juga
Di sisi lain, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI) optimistis DPK masih dapat terus tumbuh, meskipun industri perbankan nasional sedang menghadapi tantangan dalam menghimpun dana masyarakat.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna mengatakan bahwa BSI memiliki keunikan sebagai bank syariah yang membedakannya dari bank-bank konvensional, termasuk dalam hal segmentasi pasar.
"BSI membidik segmen yang memiliki nilai-nilai syariah yang lebih kuat. Ini menjadi diferensiasi kami, sekaligus potensi dalam menghimpun DPK yang lebih stabil dan berbiaya dana rendah," ujarnya kepada wartawan, Senin (23/6/2025).
Anton menambahkan, strategi BSI ke depan akan terus mengarah pada penguatan DPK dari segmen ritel yang memiliki biaya dana atau cost of fund lebih rendah. Selain itu, BSI juga akan mengoptimalkan momentum dari ajang BSI International Expo 2025 untuk memperluas basis nasabah.
"Kami akan berupaya agar semua pengunjung yang datang ke expo, selain nasabah lama, juga masyarakat umum yang bisa langsung membuka rekening di lokasi sebelum masuk ke area BSI Expo," tuturnya.
Dengan strategi tersebut, BSI berharap dapat memperkuat pertumbuhan DPK sekaligus memperluas inklusi keuangan syariah di Tanah Air. BSI sebelumnya menyampaikan bahwa industri perbankan syariah memiliki prospek tumbuh lebih baik sepanjang 2024.