Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) menargetkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di kisaran 6–8% secara tahunan (year-on-year/YoY) hingga akhir 2025. Target ini dibarengi dengan upaya memperkuat porsi dana murah atau current account saving account (CASA) demi menekan biaya dana (cost of fund).
Direktur Kepatuhan Bank Oke, Efdinal Alamsyah, menjelaskan bahwa perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk menjaga momentum pertumbuhan DPK sekaligus meningkatkan efisiensi pendanaan.
"Bank Oke melakukan beberapa strategi antara lain penawaran produk yang kompetitif dengan menyesuaikan suku bunga simpanan secara selektif," katanya kepada Bisnis, Selasa (24/6/2025).
Bank Oke juga menyampaikan digitalisasi layanan dengan meningkatkan fitur-fitur digital banking seperti mobile banking dan internet banking, yang memudahkan transaksi dan pembukaan rekening secara daring.
Selain itu, Bank Oke juga aktif menggulirkan berbagai program loyalitas dan kampanye pemasaran. Program tersebut mencakup cashback, undian berhadiah, hingga bundling produk simpanan dengan layanan lain.
Tak hanya itu, Bank Oke juga mengandalkan sinergi lintas unit bisnis untuk mendorong pertumbuhan DPK berbasis transaksi dan payroll, seiring dengan strategi peningkatan CASA ratio sebagai pilar utama penguatan likuiditas berbiaya rendah.
Baca Juga
Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan DPK mengalami pelambatan menjadi 3,9% YoY hingga Mei 2025, dengan total DPK mencapai Rp8.756,5 triliun. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan April 2025 yang sebesar 4,4% YoY, melanjutkan tren melambat sejak awal tahun.
Pelambatan ini terjadi baik pada segmen korporasi maupun perorangan. DPK korporasi tumbuh 7,7% YoY menjadi Rp4.225,4 triliun pada Mei, melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan 9,5%. Di sisi lain, DPK perorangan justru mengalami kontraksi, turun dari Rp4.085,5 triliun per April menjadi Rp4.062,6 triliun pada Mei 2025.
Dari sisi komponen simpanan, pertumbuhan dana murah yang terdiri dari giro dan tabungan tampak menurun. Giro tumbuh 4,1% YoY menjadi Rp2.676,4 triliun hingga bulan kelima tahun ini, sedangkan tabungan meningkat 5,6% YoY menjadi Rp2.875,8 triliun. Laju pertumbuhan tersebut menurun dari periode April 2025, yang mana giro tumbuh 4,9% YoY, sedangkan tabungan tumbuh 6,3% YoY.
Pelambatan komponen simpanan berjangka atau deposito tak begitu signifikan, tetapi masih berada dalam pertumbuhan terbatas. Simpanan berjangka tumbuh 2,2% YoY menjadi Rp3.204,2 triliun per Mei 2025, melambat tipis dibandingkan pertumbuhan 2,3% pada bulan sebelumnya.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa naik turunnya penghimpunan DPK bank pada awal tahun ini dipengaruhi sejumlah faktor.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa hal tersebut mencakup realisasi anggaran pemerintah, kebutuhan perusahaan untuk membayar tunjangan hari raya (THR) dan dividen, serta minat konsumsi masyarakat.
"Selanjutnya, volatilitas pasar keuangan yang cukup tinggi serta kondisi ekonomi global yang belum stabil menjadikan masyarakat utamanya perorangan berperilaku cenderung konservatif dan memilih untuk menyimpan dana dan berinvestasi pada instrumen yang berisiko rendah, seperti emas dan SBN," kata Dian dalam paparannya, dikutip Rabu (14/5/2025).