Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) buka suara perihal meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) sektor perumahan, khusunya Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Deputi Gubernur BI Juda Agung mengakui adanya pemburukan kualitas kredit di sektor ini. Namun, peningkatannya dinilai tidak terlalu signifikan.
“NPL perumahan secara industri itu sebenarnya masih belum terlalu meningkat tajam, yaitu di level 3,17%,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, dikutip pada Kamis (17/7/2025).
Dia kemudian menjelaskan kondisi serupa pada dua segmen debitur, yakni kelompok berpendapatan rendah dan kelompok berpendapatan menengah.
Menurutnya, NPL perumahan pada kelompok berpendapatan rendah berada pada level 2,7% berdasarkan data terbaru BI, sedangkan kelompok berpendapatan menengah sebesar 4,5%.
Juda berujar bahwa bank sentral memantau kualitas kredit sektor perumahan, sekaligus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan terkait.
Baca Juga
“Tentu saja kami terus memonitor perkembangan kredit, termasuk juga NPL perumahan. Kami juga terus melakukan dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan [KSSK],” pungkasnya.
Adapun, Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) BI mencatat peningkatan NPL kredit properti yang terdiri dari rumah tapak, rumah susun, dan ruko/rukan ke angka 3,24% per Mei tahun ini.
Peningkatan ini terjadi sejak awal 2025. NPL kredit properti per Januari tercatat sebesar 2,88%, lantas merangkak naik ke 2,88% pada Februari dan Maret, dan menyentuh 3,13% pada April.
Seiring penurunan kualitas aset, penyaluran kredit properti juga kian lesu. Pembiayaan sektor perumahan hanya bertumbuh 8,57% secara tahunan (year on year/YoY) per Mei 2025.
Realisasi kredit properti juga melambat sejak awal tahun, yang mana pada Januari masih bertumbuh 11,51% YoY, lantas menurun ke level 11,49% YoY pada Februari. Pertumbuhan mulai menyentuh single digit pada Maret yakni sebesar 9,28%, dan merosot ke 8,89% YoY pada April.