Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Pinjaman Properti Lesu, Kredit Macet (NPL) Ikut Menanjak

Kredit properti hanya bertumbuh 8,57% YoY per Mei 2025, sedangkan rasio kredit bermasalah atau NPL menyentuh 3,24%.
Foto udara proyek pembangunan perumahan di Kawasan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/10/2024). Bisnis/Rachman
Foto udara proyek pembangunan perumahan di Kawasan Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (2/10/2024). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Sektor properti sedang dibayangi penyaluran kredit yang lesu dan peningkatan rasio kredit bermasalah alias non-performing loan (NPL).

Bank Indonesia (BI) melalui Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) mencatat bahwa penyaluran kredit properti bertumbuh 8,57% secara tahunan (year-on-year/YoY) per Mei 2025. Realisasi itu melambat dibandingkan dengan April 2025 yang bertumbuh 8,89% YoY.

Tren pelambatan kredit properti juga terjadi sejak awal 2025, yang mana pada Januari lalu masih tercatat pada level 11,51% YoY. Jumlah itu perlahan menurun ke level 11,49% pada Februari, dan mulai menyentuh single digit pada Maret yakni sebesar 9,28%.

Seiring dengan kondisi tersebut, NPL kredit properti per Mei 2025 juga meningkat ke angka 3,24%, melanjutkan tren serupa sejak awal tahun. Pada April 2025, NPL kredit properti berada pada posisi 3,13%, terus meningkat dari 2,9% per Maret dan Februari 2025 serta 2,88% pada Januari tahun ini.

Apabila ditarik lebih jauh, posisi NPL kredit properti per Mei 2025 ini menjadi yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Persentase ini bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan 2020 atau era pandemi Covid-19, yang mana pada saat itu NPL kredit properti menyentuh 2,78%.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan adanya risiko peningkatan NPL, khususnya pada komponen Kredit Pemilikan (KPR) pada tahun ini.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa rasio NPL KPR cenderung meningkat dibanding tahun lalu, tetapi masih di level yang relatif terkendali. Hanya saja, peluang pemburukan risiko masih terbuka.

Menurutnya, tekanan pada kinerja KPR ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kredit secara umum di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dan kewaspadaan terhadap kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat.

“Namun, seiring masih berlanjutnya gelombang PHK dan indikasi pelemahan daya beli masyarakat, perlu peningkatan kewaspadaan terhadap potensi perburukan risiko kredit pada sektor KPR bagi debitur yang berada pada level middle-low income,” katanya belum lama ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper