Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Kebijakan Tarif Trump ke Sektor Reasuransi menurut Indonesia Re

Jika kebijakan tarif Trump berdampak pada perekonomian domestik, maka otomatis akan berimbas pada industri reasuransi.
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menjabarkan dampak kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap sektor reasuransi Indonesia.

Delil Khairat, Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, menjelaskan pada dasarnya industri reasuransi turut berperan dalam proteksi ekonomi negara, sehingga apabila kebijakan tarif Trump berdampak pada perekonomian domestik, maka otomatis akan berimbas pada industri reasuransi.

"Di paket itu Trump bilang kita harus beli ini beli itu dari AS, ya secara natural asuransi dan reasuransi akan kebagian dari premi asuransi reasuransi [misalnya] transportasinya dan sebagainya," kata Delil saat ditemui di kantor Indonesia Re, Kamis (17/7/2025).

Seperti diketahui, Indonesia-AS sepakat ketentuan tarif impor produk dan barang dari Indonesia ke AS ditetapkan sebesar 19%, dan untuk sebaliknya hanya 0%. Sebagai bagian dari perjanjian ini, Indonesia juga meningkatkan belanja dari AS seperti produk minyak dan gas senilai US$15 miliar (setara sekitar Rp244 triliun), produk pertanian senilai US$4,5 miliar (Rp73 triliun), hingga 50 jet Boeing Co.

Delil menjelaskan dalam aktivitas perdagangan dan ekspor impor selalu beririsan dengan reasuransi dan asuransi, misalnya lini bisnis marine cargo. Namun, Delil melihat angka ekspor Indonesia ke AS jumlahnya tak terlalu signifikan.

"Pasti [beririsan]. Ekspor kita ke AS kan tidak yang terbesar, paling sekitar 11%. Yang lain kita ekspor ke China, Jepang dan yang lain juga masih terbuka lebar. Jadi, optimis saja," ujarnya.

Saat ini Delil belum bisa memastikan apakah kebijakan tarif Trump terhadap industri reasuransi di Indonesia berdampak positif atau negatif. Dia juga menambahkan, kebijakan tarif Trump 19% yang dikenakan ke Indonesia belum bisa dipastikan apakah itu sepenuhnya merugikan Indonesia.

"Karena pada akhirnya yang bayar 19% mereka, masyarakat mereka. Yang artinya barang yang mereka impor dari kita, akhirnya konsumen mereka yang harus tombokin, nambahain 19%. Jadi, menurut saya plus minus. Saya tidak punya opini yang pasti akan begini atau begitu [dampak positif atau negatif]," pungkasnya.

Lembaga riset IFG Progress sebelumnya merilis hasil kajian tentang dampak kebijakan tarif Trump di sektor asuransi. Salah satu yang terdampak adalah lini bisnis marine cargo. IFG Progress menjelaskan lini bisnis ini memiliki eksposur tinggi terhadap risiko ekspor dan ketidakpastian logistik global. 

Adanya kebijakan tarif Trump dinilai menyebabkan daya saing produk ekspor dari Indonesia ke Amerika Serikat akan menurun, yang berdampak pada penurunan volume pengiriman ke negara tersebut. Penurunan ini secara teoritis berpotensi menekan pendapatan premi asuransi marine cargo karena berkurangnya aktivitas pengangkutan lintas negara.

Menariknya, analisis data historis pendapatan premi asuransi marine cargo dan nilai ekspor Indonesia menunjukkan hubungan yang tidak bersifat linier. Dalam beberapa tahun terakhir, nilai ekspor Indonesia mencapai puncaknya secara kumulatif pada 2022 sebesar US$ 291,9 miliar, namun pertumbuhan premi marine cargo hanya berada di angka Rp4,8 triliun.

Tahun berikutnya, pada 2023, meskipun nilai ekspor turun ke US$ 258,8 miliar, pendapatan premi tetap meningkat ke Rp5,1 triliun. Pada 2024 nilai ekspor sedikit membaik menjadi US$ 264,7 miliar yang diikuti oleh pertumbuhan premi ke level Rp5,3 triliun.

"Fakta ini menunjukkan bahwa pertumbuhan premi asuransi marine cargo tidak semata dipengaruhi oleh volume ekspor, melainkan juga oleh faktor-faktor lain seperti komposisi barang ekspor, peningkatan biaya logistik, risiko rantai pasok global, hingga perubahan struktur polis atau penyesuaian tarif premi," bunyi hasil riset tersebut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro