Bisnis.com, KUALA LUMPUR — CIMB Group Holdings Bhd. mengungkapkan strateginya memperkuat penetrasi pasar Asean di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Salah satunya terkait pengenaan Tarif Trump ke sejumlah negara.
CEO CIMB Group Novan Amirudin menyampaikan dalam situasi ketidakpastian global seperti tarif Trump hingga persoalan geopolitik, strategi perusahaan ialah mendekatkan layanan terhadap nasabah.
“Karena ini masa yang sulit diprediksi, sulit diramalkan, sulit berbisnis, maka CIMB justru akan menggandakan upaya untuk lebih dekat dengan nasabah. Kami akan lebih sering melakukan perjalanan, lebih banyak berdiskusi, mencari cara untuk memberikan solusi yang lebih baik di masa seperti ini,” paparnya dalam acara CIMB Group Media Day 2025 Advancing in ASEAN, Senin (21/7/2025).
Menurutnya, Asean merupakan pasar utama CIMB sehingga grup akan fokus melakukan penetrasi bisnis dan mencari peluang melakukan integrasi. Sebagai salah satu contoh, CIMB terlibat dalam penyelesaian merger dan akuisisi antara XL Axiata, yang dimiliki Malaysia, dengan SmartFren asal Indonesia.
Sebagai informasi, emiten telekomunikasi PT XL Axiata Tbk. (EXCL) bersama PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dan PT Smart Telecom secara resmi menandatangani Akta Penggabungan pada 15 April 2025. Kedua perusahaan kemudian menjadi satu entitas bernama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk., yang juga dikenal sebagai XLSmart.
“Penggabungan kedua perusahaan telekomunikasi tersebut sangat penting dalam industri telekomunikasi yang sangat kompetitif di Indonesia. Namun, itulah salah satu contoh bagaimana kami menyatukan dua perusahaan, satu dari Indonesia dan satu dari Malaysia, untuk membentuk perusahaan yang lebih kuat. Itulah beberapa contoh bagaimana kami membantu klien kami mengurangi ketidakpastian di periode volatilitas yang tinggi ini,” paparnya.
Baca Juga
Saat ini, CIMB telah beroperasi di Malaysia, Indonesia, Singapura, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Di luar Asean, CIMB melebarkan sayap bisnis ke China dan Inggris.
Contoh lain bagaimana CIMB mengurangi ketidakpastian bagi pelanggan adalah menyediakan solusi transaksi lintas batas negara. Transaksi valuta asing merupakan salah satu pilar utama bisnis perusahaan.
Novan menjelaskan, saat nasabah di Singapura membutuhkan transaksi ke Malaysia, tentunya ada faktor risiko fluktuasi mata uang dari dolar Singapura ke ringgit Malaysia. Sebagai salah satu pemain teratas, CIMB menjamin nilai tukar yang terbaik bagi nasabah antara Singapura dan Malaysia.
“Anda bisa saja warga negara Malaysia yang bekerja di Singapura, mengirim uang kembali ke orang tua, membayar cicilan rumah, membayar biaya sekolah beberapa anggota keluarga. Dan Anda perlu mengurangi kerumitan ketidakpastian tentang nilai tukar valuta asing. Dan kami di CIMB menjamin nilai tukar valuta asing terbaik. Jadi, itulah salah satu produk yang sangat sukses bagi kami,” imbuhnya.
Di tengah perkembangan teknologi, CIMB turut memperkuat bisnis digital melalui aplikasi OCTO. Aplikasi tersebut juga menyasar kalangan menengah bawah dan segmen UMKM.
Untuk penggunaan AI, CIMB telah berinvestasi dan mengintegrasikannya dalam operasional perbankan. Penggunaan AI diharapkan dapat mempercepat proses bisnis menjadi lebih efisien sekaligus meminimalkan faktor risiko.
“Dahulu kala, kami memiliki seseorang yang membangun model risiko, menggunakan data, membangun analisis regresi, dan kemudian membangun model risiko kami. Namun dengan AI, kita dapat menggunakan data dari berbagai sumber jauh lebih cepat untuk membangun model risiko kita,” jelas Novan.
Novan Amirudin menambahkan CIMB memiliki komitmen kuat dalam pembiayaan berbasis ESG. Target penyaluran sektor tersebut mencapai US$300 miliar dalam beberapa tahun ke depan.
Sebagai informasi, CIMB Group merupakan grup perbankan terbesar kelima berdasarkan aset di Asean. Per akhir Maret 2025, memiliki lebih dari 33.000 karyawan dan sekitar 28 juta nasabah.
CIMB Group Holdings Berhad telah terdaftar di Bursa Efek Malaysia sejak tahun 1987 dan memiliki kapitalisasi pasar sebesar RM75,2 miliar atau setara US$17,77 miliar (Rp290,02 triliun) per 31 Maret 2025. Total aset mencapai RM770,0 miliar atau setara US$182 miliar (Rp296,97 triliun), dengan total aset syariah RM226,5 miliar atau setara dengan US$53,53 miliar (Rp873,55 triliun).