Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank DBS Indonesia menargetkan pertumbuhan kredit lebih tinggi usai Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan BI Rate menjadi 5,25% pada pekan lalu.
Consumer Banking Director Bank DBS Melfrida Gultom menyatakan bahwa langkah BI kali ini mencerminkan posisi bank sentral untuk mendorong pertumbuhan intermediasi perbankan.
“Penurunan suku bunga BI itu kan pro-growth, jadi tentu saja kami menyikapinya dengan sangat positif. Karena dengan demikian, kami berharap loan growth juga menjadi lebih bagus,” katanya kepada wartawan di bilangan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (22/7/2025).
Lebih lanjut, dia menyadari bahwasanya Bank Indonesia memperhatikan tren pertumbuhan kredit perbankan, yang mana per Juni 2025 hanya bertumbuh 7,77% secara tahunan (year-on-year/YoY).
Dia lantas mengamini bahwa pertumbuhan kredit perbankan akan menjadi pendorong pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional hingga akhir tahun nanti.
“Kami berharap kredit dapat bertumbuh di semester II/2025. Mudah-mudahan ini juga disikapi oleh semua bank yang ada di Indonesia,” tuturnya.
Baca Juga
Sementara itu, dari sisi simpanan, Melfrida berharap agar pemangkasan BI Rate berdampak positif terhadap bisnis wealth management yang menjadi kekuatan Bank DBS Indonesia.
Menurutnya, platform digital Digibank by DBS turut dioptimalkan perseroan untuk mendulang dana pihak ketiga (DPK) berbasis transaksi, di samping dana kelolaan yang ada.
“Kami berharap liabilities bertumbuh untuk transaksi harian, kemudian juga di instrummen deposito yang ujungnya adalah untuk investasi. Karena kami sangat fokus untuk meningkatkan wealth management,” terangnya.
Adapun, Bank DBS Indonesia telah menyalurkan kredit Rp74,93 triliun pada kuartal I/2025, tumbuh 11,66% YoY dari Rp67,1 triliun. Simpanan atau dana pihak ketiga DBS Indonesia tumbuh 14,66% YoY dari Rp83,55 triliun menjadi Rp95,80 triliun.
Pertumbuhan dua sisi intermediasi itu menjadi pendorong perolehan laba bersih perseroan sebesar Rp481 miliar pada kuartal I/2025, naik 5,48% secara tahunan dari Rp455,99 miliar.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa bank sentral telah all-out untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tak terkecuali pembiayaan perbankan. Hal ini ditempuh melalui beragam kebijakan moneter.
Menurutnya, BI juga telah menambah kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dalam jumlah besar, yakni Rp376 triliun hingga minggu pertama Juli 2025.
“Kami turunkan suku bunga, bahkan masih ada ruang penurunan suku bunga. Kami terus tambah likuiditas dengan operasi moneter yang ekspansif menambah likuiditas. Kami stabilkan nilai tukar rupiah,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (16/7/2025).