Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Di Balik Bunga Bank Tetap Tinggi dan Pertumbuhan Kredit Loyo menurut Bos BI

Suku bunga perbankan masih tinggi dan pertumbuhan kredit terus melambat.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) buka suara perihal suku bunga perbankan yang tak kunjung turun, diiringi pertumbuhan kredit yang kian merosot.

Bank sentral mencatat suku bunga deposito 1 bulan meningkat dari 4,81% pada Mei 2025 menjadi 4,85% pada Juni 2025, sementara suku bunga kredit tetap tinggi, yaitu 9,16% pada Juni 2025, tidak jauh berbeda dari 9,18% pada Mei 2025. Pertumbuhan kredit turun secara bulanan dari 8,43% YoY menjadi 7,77% YoY.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa dari sisi penawaran, hal ini bukan disebabkan oleh masalah likuiditas perbankan. Pasalnya, rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) terbilang tinggi pada kisaran 27%.

“Permasalahannya adalah preferensi bank yang lebih suka menaruh preferensi alat likuid itu pada surat-surat berharga,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (16/7/2025).

Menurut Perry, hal ini menandakan bahwa perbankan terlalu berhati-hati dalam mendorong kredit. Alih-alih dialokasikan untuk pembiayaan, ekses likuiditas banyak ditempatkan pada surat berharga. Hal tersebut tecermin dari rasio AL/DPK yang justru naik. Selain itu, lending standard juga cenderung meningkat.

Sebaliknya dari sisi permintaan kredit, BI juga menyadari bahwa pertumbuhan belum terjadi pada seluruh sektor. Permintaan yang tinggi baru tampak pada sektor berorientasi ekspor, konstruksi, transportasi perdagangan, dan sektor jasa.

“Bank Indonesia, pemerintah dan juga dunia usaha tentu saja bersama-sama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, suku bunga BI kami turunkan,” lanjutnya.

Terkait suku bunga yang masih tinggi, Perry menyebut bahwa bank sentral berupaya menambahkan likuiditas perbankan dalam strategi operasi moneter.

Dengan langkah tersebut, dia optimistis bahwa penurunan tak hanya terjadi pada BI Rate, tetapi juga pada suku bunga perbankan di seluruh tenor.

“Ini yang kemudian akan mendorong perbankan lebih banyak mengalokasikan alat likuidnya bukan hanya ke surat-surat berharga, tetapi juga ke kredit. Tentu saja kita juga lihat suku bunga SBN juga akan semakin turun. Ini akan mendorong perbankan menyalurkan kredit kepada dunia usaha,” tuturnya.

Adapun, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,25% dalam RDG periode 15-16 Juli 2025. Selain itu, suku bunga Deposit Facility juga dipangkas sebesar 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,00%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper